Ahad 25 Apr 2021 00:03 WIB

Inggris Alami Defisit Anggaran Tertinggi Sejak 1946

Pemerintah telah mengeluarkan miliaran pound untuk menopang ekonomi sejak pandemi.

Rep: Novita Intan/ Red: Nidia Zuraya
poundsterling
poundsterling

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pemerintah Inggris telah mengalami kenaikan defisit anggaran selama pandemi virus corona. Adapun realisasi kenaikan ini merupakan level tertinggi sejak tahun setelah berakhirnya Perang Dunia II.

Seperti dilansir dari laman AP, Sabtu (24/4) Kantor Statistik Nasional mengatakan pinjaman bersih sektor publik antara pengeluaran dan pajak pemerintah sebesar 303,1 miliar pound atau 420 miliar dolar AS per akhir Maret 2021. Hal ini setara 14,5 persen dari produk domestik bruto tahunan negara itu, tingkat tertinggi sejak 1946, ketika defisit mencapai 15,2 persen dari PDB.

Baca Juga

Sementara penerimaan pajak telah surut sebagai akibat dari resesi terdalam dalam lebih dari 300 tahun. Pemerintah telah mengeluarkan miliaran pound untuk menopang ekonomi sejak pandemi pertama kali melanda lebih dari setahun lalu, khususnya dari gaji orang-orang yang tidak dapat bekerja selama banyak penguncian negara. Adapun langkah ini untuk memberikan dukungan lebih lanjut terhadap bisnis yang terkena dampak paling parah.

Skala pinjaman yang dilakukan pemerintah setelah pandemi terlihat dari besarnya peningkatan defisit dari 57 miliar pound pada tahun keuangan sebelumnya.

“Peningkatan prakiraan pra-pandemi belum pernah terjadi sebelumnya dan menyoroti dampak luar biasa pandemi terhadap pendapatan dan pengeluaran pemerintah,” kata Ekonom Institute for Fiscal Studies Isabel Stockton.

Stockton berpikir defisit sebenarnya akan menjadi lebih tinggi karena banyak bisnis tidak dapat membayar kembali pinjaman yang didukung pemerintah.

Pada era pasca perang, defisit mencapai puncaknya setelah krisis keuangan 2008, mencapai sekitar 10 persen dari PDB. Defisit rata-rata sejak 1970 sebesar 3,4 persen dari PDB.

Pinjaman yang dilakukan oleh pemerintah telah mendorong utang bersih sektor publik hingga 2.142 miliar pound, yang merupakan 97,7 persen dari PDB Inggris. Hal ini merupakan proporsi tertinggi sejak awal 1960-an.

Dari sisi lain suku bunga yang rendah secara historis, pemerintah tidak memiliki banyak masalah dalam mengelola utangnya, tetapi para ekonom khawatir suku bunga pinjaman yang lebih tinggi tahun-tahun mendatang dapat menimbulkan masalah pada masa depan.

Pemerintah berharap ekonomi, yang menyusut hampir 10 persen selama 2020, akan pulih dengan kuat selama musim semi dan musim panas karena pembatasan penguncian dilonggarkan setelah penurunan tajam kasus virus corona, dan di tengah peluncuran vaksin yang cepat.

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement