REPUBLIKA.CO.ID, LONDON – Kelompok Suporter Tottenham Hotspur mendesak seluruh anggota Dewan Direksi The Lillywhites untuk mundur dari jabatannya. Dewan Direksi Spurs dinilai melakukan hal yang memalukan usai membawa Spurs terlibat dalam pembentukan kompetisi Liga Super Eropa (ESL).
Keinginan suporter Spurs ini tergambar dalam pemungutan suara yang dilakukan perserikatan suporter Spurs pada Jumat (23/4) waktu setempat. Tidak tanggung-tanggung, berdasarkan hasil pemungutan suara tersebut, sekitar 90 persen anggota perserikatan kelompok suporter Spurs setuju agar anggota dewan direksi klub, termasuk Daniel Levy, untuk mengundurkan diri sesegera mungkin.
''Keputusan mereka, yang membawa klub ini membentuk kompetisi yang terpisah, memiliki konsekuensi berupa sejumlah sanksi. Mulai dari potensi pengurangan poin, tidak diperkenankan mengikuti kompetisi, hingga kemungkinan denda. Mereka menandatangani dokumen, yang membawa klub ini menghadapi sesuatu yang berisiko, termasuk resiko buat pemain yang tidak diperbolehkan memperkuat timnas,'' tulis pernyataan resmi Kelompok Suporter Spurs seperti dilansir BBC, Sabtu (24/4).
Dewan Direksi Spurs, lanjut pernyataan resmi kelompok suporter Spurs tersebut, seharusnya bertindak dengan mempertimbangkan kepentingan klub dan kemungkinan dari resiko yang muncul dari tindakan tersebut.
Keputusan Dewan Direksi Spurs untuk ikut menginisiasi ESL justru bertentangan dengan nilai-nilai yang diusung Spurs dan sepak bola secara keseluruhan.
''Kami rasa, hubungan antara Dewan Direksi dengan suporter sudah tidak bisa diperbaiki. Apa yang telah mereka lakukan benar-benar mempermalukan klub besar ini. Ini merupakan hari yang buruk buat tim ini, tapi kami juga ingin menunjukan tim ini bisa dikelola oleh klub,'' lanjut pernyataan Kelompok Suporter Spurs tersebut.
Sebelumnya, Spurs menjadi satu dari enam klub asal Inggris yang ikut menginisiasi pembentukan ESL. Sebanyak 12 klub, termasuk enam klub dari Inggris, tiga klub dari Italia, dan tiga klub asal Spanyol, sepakat untuk membentuk kompetisi baru, terlepas dari pentas Liga Champions.
Namun, setelah mendapatkan tekanan dari berbagai pihak, termasuk dari kelompok suporter dan Pemerintah Inggris, seluruh klub asal Inggris tersebut memutuskan mundur dari rencana penyelenggaran ESL tersebut.