REPUBLIKA.CO.ID -- Para pengamat internasional mengungkapkan ada kepentingan China di balik penyelenggaraan Pertemuan Para Pemimpin ASEAN terkait krisis Myanmar di Jakarta pada Sabtu.
Mereka meyakini China menggunakan tangan ASEAN untuk meredakan kekerasan akibat kudeta militer yang telah memakan korban jiwa 739 tewas.
Pengamat geopolitik Universitas Teknologi Malaysia Azmi Hassan mengatakan walaupun China tidak terlibat langsung dalam Pertemaun Para Pemimpin ASEAN atau ASEAN Leaders Meeting, Menteri Luar Negeri China Wang Yi sudah meminta agar ASEAN memberikan solusi yang adil saat menggelar pertemuan di Jakarta nanti.
“China memiliki peran penting dalam meeting ini karena pengaruh China terhadap Myanmar itu lebih besar dibanding PBB. China juga mampu memberi tekanan kepada junta militer jika hasil pertemuan di Jakarta tidak sesuai dengan keinginan China,” kata Azmi kepada Anadolu Agency pada Jumat dari Kuala Lumpur.
Azmi mengatakan China menginginkan agar kekerasan di Myanmar dapat diselesaikan segera. Untuk itu, lanjut Azmi, China mendorong lahirnya pertemuan 'ASEAN Leaders Meeting'. Sebab situasi kekerasan di Myanmar akan mengganggu geopolitik China di dunia internasional.
Situasi ini, sambung Azmi, membuat citra China buruk di mata internasional karena masyarakat global melihat China berada di balik dukungan terhadap rezim junta militer.
“Negara-negara internasional akan menyalahkan Beijing jika kekerasan di Myanmar terus berlanjut,” kata Azmi.
Akhir Maret hingga awal April Menteri Luar Negeri China Wang Yi bertemu dengan Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi, Menteri Luar Negeri Malaysia Hishamuddin Hussein, Menteri Luar Negeri Singapura Vivian Balakhrisnan, dan Menteri Luar Negeri Filipina Teodoro Locsin Jr. di Fujian, China.