Sabtu 24 Apr 2021 23:07 WIB

Saat Nabi Musa Membunuh dan Taubat yang Diabadikan Alquran

Peristiwa Nabi Musa membunuh seseorang itu terjadi sebelum kenabiannya

Rep: Andrian Saputra/ Red: Nashih Nashrullah
Peristiwa Nabi Musa membunuh seseorang itu terjadi sebelum kenabiannya. Ilustrasi
Foto: Pixabay
Peristiwa Nabi Musa membunuh seseorang itu terjadi sebelum kenabiannya. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Dalam banyak literatur menyebutkan Nabi Musa pernah membunuh seseorang ketika berada di Mesir. Dan sebab itu pula Nabi Musa diburu Firaun. Benarkah peristiwa pembunuhan itu terjadi? Mengapa sampai terjadi? Apakah pembunuhan itu dilakukan dengan sengaja? 

Berkaitan dengan hal itu, pakar tafsir Alquran yang juga dosen Quranic Studies Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ustadz Syahrullah Iskandar mengulas ayat 14-20 surat al Qasas dalam penjelasan kitab al-Qishah fi Alquran al-Karim karya mantan Grand Syekh Al-Azhar Mesir, almarhum Syekh Muhammad Sayyid Tanthawi.  

Baca Juga

Ustadz Syahrullah menjelaskan ketika Nabi Musa beranjak dewasa, sebagian ulama berpendapat ketika itu Nabi Musa berusia 30-40 tahun, Allah SWT memberikan kepadanya dua anugerah atau keutamaan. 

Hal ini sebagaimana disebutkan pada ayat 14 surat Al Qasas anugerah itu adalah hukman dan ilman.  Hukman berarti hikmah yaitu ketepatan dalam tutur kata ram perbuatan. Nabi Musa mampu memprioritaskan apa yang harus dilakukannya dan mengerti substansi apa yang akan dilakukannya. 

Sedangkan ilman bermakna Nabi Musa diberikan ilmu yaitu pemahaman mendalam terkait agama dan pemahaman yang jernih terkait segala sesuatu. Ustadz Syahrullah menjelaskan pada ayat tersebut juga dapat dipahami bahwa Nabi Musa tergolong muhsinin yaitu orang-orang yang berbuat baik.  

Ustadz Syahrullah yang juga anggota Komisi Dakwah MUI ini menerangkan, pada saat itu Nabi Musa masih berada atau tinggal di istana Firaun.  Pada satu waktu dia keluar dari lingkungan istana dan masuk ke dalam kota yaitu kota Memphis. 

Nabi Musa masuk ke kota itu pada siang hari, di mana ketika kondisi sepi karena waktu bagi masyarakat Mesir beristirahat. Dia masuk ke kota Memphis dengan sembunyi-sembunyi agar tidak ada satu orang pun pasukan Firaun mendapatinya keluar dari istana.  

Alasan Nabi Musa keluar dari Istana karena sejatinya Nabi Musa telah lama menahan keresahan hatinya disebabkan melihat ketidakadilan dan kekejaman yang dipertontonkan Firaun. 

"Dia (Nabi Musa) banyak tahu rahasia bagaimana kekejaman Firaun, kebijakan-kebijakannya yang tidak berpihak pada rakyat. Musa ini berontak juga dalam hatinya," jelas Ustadz Syahrullah dalam kajian virtual yang juga disiarkan akun YouTube Nasaruddin Umar Office beberapa hari lalu. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement