REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Klub-klub sepak bola di Inggris akan memboikot media sosial (medsos) pekan depan sebagai respons atas berlanjutnya kekerasan daring yang diarahkan kepada pemain. Puasa medsos itu dilakukan bertepatan dengan program pertandingan baik liga putra dan putri profesional mulai pukul 15.00 Jumat (30/4) hingga 23.59 Senin (3/5) waktu setempat.
Selama aksi klub-klub Liga Primer, tiga divisi di bawahnya (Championship hingga League Two), Liga Super Putri, dan kasta kedua putri, yang bakal mematikan semua akun resmi Facebook, Twitter, dan Instagram, mereka dengan tuntutan perusahaan-perusahaan media sosial melakukan langkah lebih aktif dalam memberantas ujaran kebencian daring.
"Perilaku rasis dalam bentuk apapun tidak bisa diterima dan kekerasan menjijikkan yang dialami para pemain dalam media sosial tidak boleh berlanjut," kata CEO Liga Premier Richard Masters dilansir Reuters, Ahad (24/4).
Liga Primer dan klub-klub di dalamnya berdiri bersama sepak bola dalam aksi boikot untuk menegaskan pentingnya perusahaan media sosial lebih berperan aktif dalam menghapuskan kebencian rasial ini. "Kami akan terus menantang aksi perusahaa nmedia sosial dan ingin melihat langkah signifikan dalam kebijakan serta tindakan mereka untuk melawan kekerasan diskriminatif daring di platform mereka," ujar Masters menambahkan.
Sejumlah pemain Liga Inggris dalam beberapa bulan terakhir menjadi sasaran kekerasan daring seperti Anthony Martial dan Marcus Rashford dari Manchester United, Trent Alexander-Arnold dan Sadio Mane dari Liverpool, serta bek Chelsea Reece James.
Dua tim Divisi II atau Divisi Championship, Birmingham City, dan Swansea City, serta tim juara Skotlandia, Rangers, baru-baru ini menggelar aksi boikot serupa selama sepekan guna merespons serangan rasial terhadap pemain-pemainnya.
Mantan penyerang Arsenal Thierry Henry bulan lalu mengaku meninggalkan media sosial karena alasan rasisme dan perusakan, sedangkan kapten Liverpool Jordan Henderson memberikan akunnya untuk dikelola oleh yayasan amal anti-perisakan daring.
Februari lalu, otoritas sepak bola Inggris mengirimkan surat terbuka kepada Facebook dan Twitter untuk mendesak mereka memblokir dan menurunkan postingan ofensif, serta meningkatkan proses verifikasi bagi pendaftaran pengguna.
Instagram --yang dimiliki Facebook-- sudah mengumumkan langkah baru dan Twitter berjanji untuk terus melanjutkan langkah aktif setelah menindak lebih dari 700 kasus kekerasan terkait sepak bola di Britania Raya pada 2019.