REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Turki akan terus membela kebenaran melawan tudingan genosida Armenia. Hal itu dikatakan Presiden Recep Tayyip Erdogan pada pekan ini.
Komentar dari Presiden Erdogan muncul pada pertemuan tingkat tinggi untuk membahas isu-isu utama kepentingan nasional. “Pertemuan itu membahas konstitusi baru, upaya anti-demokrasi dan fitnah genosida Armenia," menurut pernyataan dari Direktorat Komunikasi Turki.
Sikap negatif Yunani terhadap masalah Siprus, di laut Mediterania Timur, dan Aegea serta tekanan terhadap minoritas Turki di Trakia Barat juga dibahas dalam pertemuan tersebut.
Erdogan mengatakan Turki ingin merayakan ulang tahun ke-100 Republik kami dengan Konstitusi sipil yang baru, bukan dengan konstitusi kudeta, “tetapi dengan konsensus bangsa kami."
“Kami akan meluncurkan upaya habis-habisan untuk Konstitusi baru sejalan dengan kebutuhan negara kami dan harapan bangsa kami,” kata pemimpin Turki itu.
Pada bulan Maret, Erdogan mengatakan bahwa konstitusi baru Turki akan mencakup seluruh rakyat. Peristiwa 1915 adalah peristiwa kematian orang-orang Armenia di Anatolia timur saat beberapa pihak yang mendukung invasi Rusia dan memberontak melawan pasukan Ottoman.
Langkah relokasi warga Armenia selanjutnya menyebabkan banyak korban. Turki menolak klaim insiden itu sebagai "genosida" namun menggambarkan peristiwa 1915 sebagai tragedi di mana kedua belah pihak mengalami kerugian.
Ankara telah berulang kali mengusulkan pembentukan komisi gabungan para sejarawan dari Turki dan Armenia plus para pakar internasional untuk menelusuri masalah ini.