Ahad 25 Apr 2021 17:20 WIB

Neraca Perdagangan Industri Pengolahan Nonmigas Surplus

Tiga bulan terakhir, manufaktur berkontribusi hingga 79 persen dari total ekspor.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Friska Yolandha
Suasana aktifitas bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (15/3/2021). Neraca perdagangan industri pengolahan nonmigas sepanjang Januari sampai Maret 2021 mengalami surplus sebesar 3,69 miliar dolar AS.
Foto: ANTARA/Akbar Nugroho Gumay
Suasana aktifitas bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (15/3/2021). Neraca perdagangan industri pengolahan nonmigas sepanjang Januari sampai Maret 2021 mengalami surplus sebesar 3,69 miliar dolar AS.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Neraca perdagangan industri pengolahan nonmigas sepanjang Januari sampai Maret 2021 mengalami surplus sebesar 3,69 miliar dolar AS. Capaian itu dinilai, dari hasil kinerja ekspor sektor manufaktur yang meningkat pada periode tersebut.

“Secara kumulatif, nilai ekspor industri pengolahan nonmigas pada Januari sampai Maret 2021 sebesar 38,96 miliar dolar AS. Angka tersebut naik 18,06 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Ahad (25/4).

Menperin menyampaikan, meskipun di tengah terpaan dampak pandemi Covid-19, kinerja pengapalan industri manufaktur masih mendominasi terhadap capaian nilai ekspor nasional. “Sepanjang tiga bulan tahun ini, sektor manufaktur memberikan kontribusi terbesarnya hingga 79,66 persen dari total nilai ekspor nasional yang menyentuh 48,90 miliar dolar AS,” ujar dia. 

Adapun tiga sektor primadona yang membuat kinerja ekspor manufaktur tersebut naik, yaitu industri makanan dan minuman dengan kontribusi sebesar 9,69 miliar dolar AS. Kemudian disusul industri logam dasar mencapai yang menyumbang 5,87 miliar dolar AS, serta industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia, dengan kontribusi sebesar 4,18 miliar dolar AS. 

“Jika dilihat dari faktor pembentuknya, nilai ekspor sektor industri makanan didominasi oleh komoditas minyak kelapa sawit,” tutur Agus. Sementara, lanjutnya, berkat hilirisasi di sektor logam, ekspor produk besi dan baja Indonesia telah memberikan nilai tambah signfikan bagi devisa.

“Selanjutnya, berbagai produk kimia juga menjadi primadona ekspor nonmigas kita. Ini yang diharapkan bisa menjadi tulang punggung dari ekspor kita di masa yang akan datang,” tutur dia. Dirinya menambahkan, selama ini produk-produk industri terbukti mampu menjadi pilar utama bagi capaian nilai ekspor nasional.

“Kami optimistis, capaian kinerja ekspor yang sangat baik pada saat masa pandemi ini menujukkan, pelaku industri kita mampu memaanfaatkan peluang-peluang yang ada. Dengan begitu dapat mendorong upaya mempercepat pemulihan ekonomi nasional,” ujar Agus. 

Maka ia memberikan apresiasi sebesar-besarnya kepada pelaku industri di Tanah Air yang masih agresif menembus pasar internasional di tengah tantangan kondisi pandemi. “Selain mampu memenuhi kebutuhan domestik, industri kita juga sudah bisa membuat produk yang berkualitas dan kompetitif di pasar global,” kata dia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement