Senin 26 Apr 2021 04:39 WIB

Tobatnya Umar Setelah Batal Umrah

Umar tidak setuju dengan adanya perjanjian Hudaibiyyah.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Agung Sasongko
Suku Qurays dan untanya serta kabah (ilustrasi)
Foto: Dawan of Islam film
Suku Qurays dan untanya serta kabah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketika Rasulullah dan sekitar 1.400 kaum Muslimin tiba di Hudaibiyyah untuk melaksanakan umrah pada 6 H/628 M tidak untuk berperang. Namum kedatangan itu ditolak oleh kaum musyrik Quraisy.

"Karena itu, mereka menutup pintu masuk perbatasan yang mungkin akan dilewati kaum Muslim," kata Syekh Ahmad Rofi Usmani menuliskan dalam bukunya "Pesona Ibadah Nabi Salat, Zakat, Puasa, Haji"

Baca Juga

Setelah terjadi perundingan di antara kedua belah pihak, akhirnya disepakati lah perjanjian Hudabiyyah yang isinya, antara lain, tahun itu Rasulullah tidak boleh memasuki Makkah dan baru tahun berikutnya beliau dan kau Muslimin yang menyertai beliau diperbolehkan mengunjungi Makkah. Kunjungan itupun tidak lama dan hanya tiga hari dengan syarat hanya boleh membawa pedang yang disarungkan.

Syekh Ahmad Rofi mengatakan, terhadap perjanjian itu semula tidak semua sahabat Rasulullah bisa menerimanya dengan sepenuh hati. Umar ibn Khattab salah seorang di antaranya.

Begitu tahu beliau menyepakati perjanjian itu, Umar pun mendatangi beliau dan berkata. "Wahai Rasulullah!  Bukankah kita berada di atas kebenaran dan mereka di atas kebatilan!"

"Ya, benar!" Jawab Rasulullah.

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement