REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Indonesian Youth Leaders for Change (IYLC) Institute meminta pemerintah tegas terhadap aksi teror Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua. IYLC meminta status KKB di Papua mesti dinaikkan, dari KKB menjadi Kelompok separatis.
"Mereka itu bukan lagi kelompok kriminal. Tapi sudah bisa dikatakan sebagai kelompok separatis yang nyata-nyata melawan negara dan membangun ketakutan di tengah-tengah warga. Olehnya itu status mereka mesti dinaikkan sehingga aparat TNI-Polri bisa maksimal dalam menanganinya," kata Chief Executife IYLC Institute Muhammad Syarif Hidayatullah, di Jakarta, Ahad (26/4).
Dia menilai aksi kriminal yang kesekian kalinya oleh KKB di Papua sangat meresahkan dan mengkhawatirkan, bukan hanya masyarakat Papua, melainkan seluruh bangsa Indonesia. Kelompok ini terus membangun ketakutan pada warga, khususnya di Papua.
"Jangan menunggu lagi korban-korban berikutnya berjatuhan, baik sipil maupun militer. Pemerintah mesti berani mengambil sikap tegas. Tidak perlu takut dengan yang namanya HAM, karena ini sudah menyangkut keamanan dan keutuhan negara," ujar Syarif.
Selain itu juga, Syarif mengkritik beberapa LSM dan organisasi lainnya yang selama ini meneriakkan HAM di Papua. "Dimana LSM atau organisasi yang selama ini teriak HAM ketika ada guru yang dibunuh KKB di Papua? Dimana mereka ketiaka ada prajurit TNI-Polri yang ditembak dan dibunuh di Papua? Bukan kah KKB di Papua ini juga sudah melanggar HAM? Bahkan lebih dari itu, KKB di Papua ini sudah mengganggu keamanan dan keutuhan negara," tutup Syarif.
Beberapa pekan terakhir aksi kriminal KKB di Papua meningkat. Beberapa waktu lalu, mereka melakukan penembakan terhadap dua orang guru hingga meninggal dunia dan tiga sekolah dibakar. Beberapa prajurit TNI juga terbunuh oleh mereka.
Pada Ahad (25/4) mereka kembali melakukan aksinya dengan menembak Kabinda Papua Brigjen TNI I Gusti Putu Danny Nugraha Karya yang dikabarkan meninggal dunia.