REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden akan bertemu pada Juni. Kantor berita RIA yang mengutip seorang ajudan Kremlin pada Ahad (25/4) melaporkan, pertemuan kedua pemimpin negara dilakukan di tengah ketegangan antara Moskow dan Barat.
Penasihat kebijakan luar negeri, Yuri Ushakov, mengatakan, keputusan tegas tentang pertemuan itu belum diambil. "Kami akan mengambil keputusan tergantung pada banyak faktor," kata Ushakov yang merupakan duta besar Rusia untuk AS dari 1998 hingga 2008.
Secara terpisah, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, yang dikutip RIA mengatakan, proposal Biden untuk melakukan pertemuan tingkat tinggi telah diterima secara positif. Saat ini, Pemerintah Rusia sedang mempertimbangkannya.
Awal bulan ini, Biden meminta Putin mengurangi ketegangan yang dipicu peningkatan militer Rusia di perbatasan Ukraina. Biden mengusulkan pertemuan puncak untuk mengatasi serangkaian perselisihan.
Sebelumnya Kremlin mengatakan, pertemuan puncak akan bergantung pada perilaku AS. Hubungan Rusia-AS merosot ke level terendah setelah Biden ditanya dalam sebuah wawancara apakah menurutnya Putin adalah seorang pembunuh. Hal ini berdasarkan insiden peracunan yang dialami oleh kritikus Kremlin Alexei Navalny. Peracunan itu diduga diperintahkan oleh Putin.
Amerika Serikat telah memberlakukan serangkaian sanksi baru terhadap Rusia atas dugaan campur tangan dalam pemilihan AS 2020, peretasan dunia maya, penindasan terhadap Ukraina, dan tindakan lain yang dianggap memfitnah.