REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Surat Al-Fatihah (pembukaan) yang diturunkan di Makah terdiri dari tujuh ayat. Al-Fatihah adalah surat yang paling pertama diturunkan secara lengkap dibanding surat-surat yang ada di dalam Alquran dan termasuk surat Makkiyyah.
Surat ini disebut Al-Fatihah karena dengan surat inilah Alquran dibuka dan dimulai. Al-Fatihah juga dinamakan Ummul Quran (induk Alquran) atau Ummul Kitaab (induk Al-Kitab) karena merupakan induk bagi semua isi Alquran serta menjadi intisari kandungan Alquran. Karena Al-Fatihah wajib dibaca pada setiap sholat.
Dinamakan pula As Sabul Matsaany (tujuh yang berulang-ulang). Karena ayatnya berjumlah tujuh dan dibaca berulang-ulang dalam sholat.
Dalam Terjemahan Makna Alquran Bahasa Indonesia dari Wakaf Pelayan Dua Tanah Suci Raja Salman Bin Abdul Aziz Alu Su'ud dijelaskan bahwa Surat Al-Fatihah mengandung beberapa unsur pokok yang mencerminkan seluruh isi Alquran.
Pertama keimanan. Beriman kepada Allah Yang Maha Esa terdapat dalam ayat dua. Dinyatakan dengan tegas bahwa segala puji dan ucapan syukur atas sesuatu nikmat itu bagi Allah. Karena Allah adalah pencipta dan sumber segala nikmat yang terdapat dalam alam ini.
Diantara nikmat itu ialah nikmat menciptakan, nikmat mendidik dan menumbuhkan. Kata Rabb dalam kalimat Rabbul Aalamiin tidak hanya berarti Tuhan dan Penguasa. Tetapi juga mengandung arti tarbiyah yaitu mendidik dan menumbuhkan. Hal ini menunjukkan bahwa segala nikmat yang dilihat oleh seseorang pada dirinya sendiri dan alam ini bersumber dari Allah, karena Allah Yang Maha Berkuasa di alam ini
Pendidik, penjaga dan penumbuhan oleh Allah di alam ini haruslah diperhatikan dan dipikirkan oleh manusia sedalam-dalamnya. Sehingga menjadi sumber berbagai macam ilmu pengetahuan yang dapat menambah keyakinan pada keagungan dan kemuliaan Allah serta berguna bagi masyarakat.
Oleh karena keimanan (ketauhidan) merupakan persoalan pokok, maka di dalam surat Al-Fatihah tidak cukup dinyatakan dengan isyarat saja. Tapi juga ditegaskan dan dilengkapi oleh ayat kelima, yaitu Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in (hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan).
Yang dimaksud dengan, Yang menguasai hari pembalasan (ayat empat Al-Fatihah) adalah pada hari itu Allah yang berkuasa. Segala sesuatu tunduk kepada kebesaran-Nya sambil mengharapkan nikmat dan takut kepada siksaan-Nya.
Hal ini mengandung arti janji untuk memberi pahala terhadap perbuatan yang baik dan ancaman terhadap perbuatan yang buruk. Ibadah yang terdapat pada ayat lima semata-mata ditujukan kepada Allah.
Kedua, hukum-hukum. Jalan kebahagiaan dan bagaimana cara menempuh jalan tersebut untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat. Maksud hidayah di sini ialah hidayah yang menjadi sebab mendapatkan keselamatan, kebahagiaan dunia dan akhirat berupa keyakinan, akhlak, hukum-hukum dan pelajaran.
Ketiga, kisah-kisah. Kisah para Nabi dan orang-orang terdahulu yang menentang Allah. Sebagian besar ayat Alquran memuat kisah-kisah para Nabi dan orang-orang terdahulu yang menentang Allah.
Yang dimaksud dengan orang yang diberi nikmat dalam ayat ini (ayat ketujuh) ialah para Nabi, para shiddiiqiin (orang-orang yang beriman dengan sungguh-sungguh), syuhada (orang-orang yang mati syahid), dan shaalihiin (orang-orang yang soleh).
Sementara itu, yang dimaksud orang-orang yang dimurkai dan orang-orang yang sesat ialah golongan yang menyimpang dari ajaran Islam.
Kesimpulannya, surat Al-Fatihah ini melengkapi unsur-unsur pokok syariat Islam, kemudian perinciannya dijelaskan oleh ayat-ayat Alquran yang berjumlah 113 surat. Kesesuaian surat ini dengan surat Al-Baqarah dan surat-surat sesudahnya ialah surat Al-Fatihah merupakan titik pembahasan yang akan diperinci dalam surat Al-Baqarah dan surat-surat sesudahnya.
Di bagian akhir surat Al-Fatihah disebutkan permohonan hamba supaya diberi petunjuk oleh Allah ke jalan yang lurus. Sedangkan surat Al-Baqarah dimulai dengan menunjukkan Al-kitab atau Alquran yang sempurna sebagai pedoman menuju jalan yang dimaksudkan tersebut.