Muhammadiyah: Duka Mendalam Atas Gugurnya Awak KRI Nanggala
Rep: Wahyu Suryana/ Red: Fernan Rahadi
FOTO ARSIP - Kapal selam KRI Nanggala-402 buatan tahun 1952 saat latihan Pratugas Satgas Operasi Pengamanan Perbatasan (Pamtas) Maphilindo 2017 di Laut Jawa, Jumat (20/1/2017). | Foto: SYAIFUL ARIF/ANTARA
REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Panglima TNI, Marsekal Hadi Tjahjanto, telah menyatakan KRI Nanggala 402 bersama 53 awak kapal tenggelam. Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menyampaikan duka cita yang mendalam atas musibah dengan gugurnya 53 prajurit TNI tersebut.
"Mereka adakah para patriot bangsa yang telah berjuang dan berkorban untuk kepentingan negara. Mereka adalah para syuhada yang memberikan darma baktinya untuk Indonesia," kata Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir, Ahad (25/4).
Untuk itu, Haedar mengimbau kepada warga Muhammadiyah, sebagai fardu kifayah agar dapat melaksanakan shalat ghaib. Terutama, kepada saudara-saudara seiman yang telah gugur dalam rangka menjaga kedaulatan Tanah Air Indonesia tersebut.
Kepada keluarga dari 53 prajurit TNI, termasuk keluarga Kapten Heri Oktavian, Haedar mendoakan agar senantiasa diberi kekuatan iman, keikhlasan dan kesabaran. Serta, kelapangan hati menerima musibah yang datang dari Allah SWT tersebut.
Keluarga, lanjut Haedar, tentu berat dan kehilangan. Tapi, ia meyakini, segenap anggota keluarga dapat mengikhlaskan para prajurit yang telah gugur itu sebagai syuhada bangsa menemui keharibaan Allah SWT dalam rengkuhan ridha-Nya.
Haedar dan keluarga besar Muhammadiyah turut menyampaikan penghargaan tinggi atas segala usaha maksimal yang dilakukan Panglima TNI bersama seluruh jajaran dan berbagai pihak-pihak terkait dalam pencarian kapal selam KRI Nanggala 402.
"Bagi kaum beriman, ikhtiar dan tawakal jalan optimal yang dapat dilakukan menghadapi setiap musibah. Semoga segenap masyarakat dapat menunjukkan empati, simpati dan solidaritas sosial atas musibah KRI Nanggala sebagai duka bersama bangsa Indonesia," kata Haedar.