REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Juru Bicara Kepresidenan Turki mengatakan negara itu akan menanggapi pernyataan presiden Amerika Serikat tentang peristiwa 1915 dalam beberapa bulan mendatang.
"Akan ada reaksi dalam berbagai bentuk, jenis dan derajat dalam beberapa hari dan bulan mendatang," kata Ibrahim Kalin kepada Reuters, Ahad (25/4).
"Segala sesuatu yang kami lakukan dengan AS akan berada di bawah mantra pernyataan yang sangat disayangkan ini," kata dia.
Kalin menekankan bahwa parlemen Turki akan membuat pernyataan pada Senin dan deklarasi AS tidak akan memberikan dasar hukum apa pun untuk potensi klaim reparasi.
"Untuk mereduksi semua itu menjadi satu kata dan mencoba mengimplikasikan keterlibatan Turki, nenek moyang Ottoman kami terlibat dalam aksi genosida, sungguh keterlaluan," ujar dia.
Pada Sabtu, Presiden Joe Biden menyebut peristiwa tahun 1915 sebagai "genosida", melanggar tradisi lama presiden Amerika yang menghindari penggunaan istilah tersebut.
Sikap Turki soal peristiwa 1915
Posisi Turki pada peristiwa 1915 adalah bahwa kematian warga Armenia di Anatolia timur terjadi ketika sejumlah pihak berpihak pada invasi Rusia dan memberontak melawan pasukan Ottoman. Relokasi warga Armenia kemudian mengakibatkan banyak korban.
Turki keberatan dengan penyajian insiden ini sebagai "genosida," menggambarkannya sebagai tragedi di mana korban jiwa timbul di kedua belah pihak.
Ankara telah berulang kali mengusulkan pembentukan komisi bersama sejarawan dari Turki dan Armenia serta pakar internasional untuk menangani masalah tersebut. Pada 2014, Perdana Menteri Erdogan menyampaikan belasungkawa kepada keturunan Armenia yang kehilangan nyawa dalam peristiwa 1915.