REPUBLIKA.CO.ID, Pada suatu hari Tsaklabah bin Hatib berkata kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. "Doakan Aku wahai Rasul agar Allah memberikan rezeki kepadaku," kata Tsaklabah.
Rasulullah SAW menjawab,"Wahai Tsaklabah, barang sedikit yang engkau syukuri jauh lebih baik daripada banyak, tetapi tidak engkau syukuri."
"Demi Allah, jika aku diberikan harta benda, pasti aku akan tunaikan kewajibanku terhadap orang yang berhak," jawab Tsaklabah.
Lalu Rasulullah berdoa untuk Tsaklabah dan Allah SWT mengabulkannya. Mula-mula Tsaklabah hanya mempunyai satu ekor domba, dari satu ekor beranak-pinak hingga memenuhi lorong-lorong di Madinah. Ia pun terpaksa pindah lokasi yang agak jauh dari Madinah.
Ia mengembalakan dombanya setelah sholat berjamaah setiap waktu. Makin hari domba tersebut beranak-pinak sehingga ia terpaksa memindahkan ternaknya menjauhi Madinah. Dengan demikian, ia hanya bisa melaksanakan sholat berjamaah waktu Jumat saja. Jumlah dombanya pun makin berlipat-lipat banyaknya.
Tsaklabah pun mencari tempat yang baru lagi. Ketika pindah untuk ketiga kalinya, Tsaklabah tak lagi bisa sholat berjamaah, bahkan sholat Jumat.
Suatu ketika Rasulullah mengutus dua orang mengambil harta sedekah dari orang-orang kaya. Tanpa terkecuali, utusan itu mendatangi Tsaklabah. Namun, betapa terkejutnya orang tersebut ketika mendengar jawaban Tsaklabah. "Pergilah kepada yang lain lebih dahulu, sekiranya telah selesai mendatangi yang lain, mampirlah kembali kepadaku," kata Tsaklabah.
Kedua orang utusan Rasulullah itu pun kembali. "Bukankah yang kalian mina ini semacam upeti?'
Kedua utusan itu meninggalkan Tsaklabah. Ia pun lalai terhadap apa yang telah dijanjikannya dahulu. Harta melimpah telah melalaikan Tsaklabah.