Selasa 27 Apr 2021 09:22 WIB

Pola Makan Bisa Pengaruhi Kesehatan Kulit?

Penelitian hubungkan pola makan dengan kesehatan kulit.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Nora Azizah
Penelitian hubungkan pola makan dengan kesehatan kulit.
Foto: www.freepik.com
Penelitian hubungkan pola makan dengan kesehatan kulit.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pilihan makanan yang dikonsumsi tentunya sangat berpengaruh pada kondisi kesehatan secara keseluruhan serta imunitas atau daya tahan tubuh. Namun, bagaimana dampak langsungnya terhadap kesehatan kulit seseorang?

Untuk mendapatkan jawabannya, perusahaan teknologi genomik Nusantics bekerja sama dengan Burgreens meneliti pola makan dan hubungannya dengan kesehatan kulit. Perusahaan rintisan ini menemukan fakta menarik dari hasil penelitian yang dilakukan.

Baca Juga

Tahun lalu, Nusantics telah merancang desain utama PCR untuk mendeteksi Covid-19 bersama BPPT dan Biofarma. Kini, Nusantics menggagas riset bersama Burgreens yang merupakan perusahan plant-based food chain.

Penelitian melibatkan 166 peserta berusia 25-35 tahun. Sampel penelitian dibagi menjadi dua jenis. Pertama, kelompok orang yang memiliki pola makan bervariasi dengan mengonsumsi lebih dari delapan jenis sayuran, buah, dan protein (nabati & hewani) per hari. 

Kelompok kedua terdiri atas orang yang mengonsumsi kurang dari delapan jenis makanan yang disebutkan per hari. Hasil penelitian menunjukkan, kelompok yang menerapkan pola makan bervariasi dengan durasi minimal enam bulan, kulitnya lebih tangguh terhadap serangan penyakit. 

Sedangkan, kelompok yang mengonsumsi variasi makanan nabati kurang dari delapan jenis per hari, cenderung rentan terhadap gangguan imunitas dan penyakit kulit. Beberapa masalah yang kerap menyerang seperti jerawat, mudah iritasi, dan kemerahan. 

Co-founder dan CTO Nusantics, Revata Utama, senang bisa berkesempatan meneliti kelompok manusia dengan pola makan yang berbeda. "Dengan penelitian ini kita bisa mendapat insight baru mengenai pentingnya menjaga pola makan yang bervariasi demi kesehatan tubuh," ujar Revata melalui pernyataan resminya.

Dari hasil penelitian tersebut, Nusantics juga menyoroti fakta bahwa makanan yang dikonsumsi sangat memengaruhi kondisi mikrobioma usus, kesehatan secara umum, dan imunitas kulit. Nusantics percaya, kondisi mikrobioma dapat tetap terjaga apabila pola makan menjadi lebih bervariasi.

Mikrobioma adalah kumpulan mikroorganisme yang terdiri dari bakteri, jamur, virus, dan arkea yang hidup di tanah, air, udara, serta pada lebih dari 50 persen tubuh manusia. Mikrobioma yang hidup pada organ dan kulit manusia sedikit banyak menunjukkan kesehatan dan imunitas kulit.

Oleh karenanya, penting untuk mengetahui sejauh mana gaya hidup dan pola makan memengaruhi keseimbangan dan keragaman mikrobioma. Untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi mikrobioma kulit seperti dalam penelitian tersebut, Nusantics menyediakan layanan Biome Scan, analisis profil mikrobioma kulit.

Layanan tersebut bisa didapatkan di Nusantics Hub, Senopati Jakarta. Sebagai perusahaan berbasis bioteknologi, Nusantics juga tengah mengembangkan riset untuk menganalisis kondisi mikrobioma di air, tanah, dan udara guna memahami kondisi lingkungan dan langkah mencegah kerusakan lebih lanjut.

Cara mudah memperbaiki mikrobioma usus bisa dengan memperbanyak konsumsi sumber nabati seperti gado-gado, pecel, rujak, urap, dan sejenisnya. Sumber makanan nabati dengan berbagai olahan yang lezat dan kekinian juga sudah dapat ditemukan di pasaran, salah satunya di gerai Burgreens.

"Semoga hasil penelitian ini bisa membuka mata anak muda untuk lebih peduli terhadap lingkungan dan kesehatan dengan menerapkan pola makan yang lebih sehat serta lebih berorientasi pada sumber nabati," ungkap Founder Burgreens, Max Mandias.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement