REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Presiden Prancis Emmanuel Macron mendesak Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mendinginkan ketegangan dengan Ukraina. Ia juga mengungkapkan 'keprihatinan yang mendalam' mengenai kesehatan oposisi Rusia yang dipenjara Alexei Navalny.
Pada Selasa (27/4), Kantor Kepresidenan Prancis melaporkan dalam pembicaraannya dengan Putin, Macron meminta agar 'hak-hak dasar' Navalny dihormati. Sebelumnya, pihak berwenang Rusia meminta kantor Navalny menghentikan aktivitas mereka.
Hal ini dinilai sebagai salah satu langkah untuk menghentikan pergerakan lawan politik Putin itu. Macron juga mendesak Putin untuk 'berkomitmen dengan itikad baik dan dalam cara yang berkelanjutkan untuk mengurangi ketegangan dengan Ukraina'.
Terutama dengan menarik pasukan dan persenjataan berat dari perbatasan Ukraina. Penumpukan pasukan Rusia yang dilakukan beberapa pekan terakhir ini memicu ketegangan dan kekhawatiran dari Ukraina dan negara-negara Barat.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan mereka mulai menarik pasukannya ke pangkalan permanen setelah menyelesaikan manuver-manuver besar-besaran.
Sejak awal masa jabatannya Macron sudah berusaha mengontak Putin. Pada 2019 Prancis menjadi tuan rumah perundingan damai antara Putin, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan Kanselir Jerman Angela Merkel.
Namun baru-baru ini ketegangan antara Rusia dan negara-negara Eropa kembali memanas. Macron juga mengungkapkan dukungnya pada negara-negara Eropa yang diplomatnya diusir Rusia baru-baru ini.