REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Di bulan suci Ramadhan, ada satu malam yang sangat umat Islam nantikan, yakni Lailatul Qadar. Sebab, pada malam ini semua amal kebaikan pahalanya berlipat-lipat nilainya. Namun, tidak ada tahu kapan terjadinya malam Qadar.
Pendiri Rumah Fiqih Indonesia, Ustadz Ahmad Sarwat dalam bukunya berjudul Jaminan Mendapat Lailatul Qadar mengatakan Rasulullah memberikan beberapa tanda-tanda Lailatul Qadar dari sejumlah haditsnya. Pertama, cahaya mentari redup. Ada hadits Nabi yang memberitahu ciri malam Qadar adalah apabila cahaya mentari lemah atau cerah tak bersinar kuat keesokannya. Rasulullah bersabda,
إِنَّ الشَّمْسَ تَطْلُعُ يَوْمَئِذٍ لاَ شُعَاعَ لَهَا
“Keesokan hari malam Qadar matahari terbit hingga tinggi tanpa sinar bak nampan ”(HR Muslim).
Kedua, malam itu terkadang terbawa mimpi. Ini seperti yang dialami oleh sebagian sahabat Rasulullah.
عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رِجَالًا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُرُوا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْمَنَامِ فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرَى رُؤْيَاكُمْ قَدْ تَوَاطَأَتْ فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ فَمَنْ كَانَ مُتَحَرِّيَهَا فَلْيَتَحَرَّهَا فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ
Dari sahabat Ibnu Umar r.a., bahwa beberapa orang dari sahabat Nabi diperlihatkan malam Qadar dalam mimpi oleh Allah SWT pada tujuh malam terakhir Ramadhan. Kemudian Rasulullah saw bersabda, “Aku melihat bahwa mimpi kalian tentang lailatul Qadar terjadi pada tujuh malam terakhir. Maka barang siapa yang mau mencarinya maka carilah pada tujuh malam terakhir,” (HR Muslim).
Tanda selanjutnya adalah ada yang menyebutkan pada malam Qadar, bulan terlihat separuh bulat, sebagaimana salah satu hadits.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ تَذَاكَرْنَا لَيْلَةَ الْقَدْرِ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَيُّكُمْ يَذْكُرُ حِينَ طَلَعَ الْقَمَرُ وَهُوَ مِثْلُ شِقِّ جَفْنَةٍ
Abu Hurairah r.a., ”Kami pernah berdiskusi tentang lailatul Qadar di sisi Rasulullah SAW. Dia bersabda, “Siapakah dari kalian yang masih ingat tatkala bulan muncul, yang berukuran separuh nampan,” (HR Muslim).
Tanda lain dari malam Qadar adalah malam itu terang, tidak panas, tidak dingin, tidak ada awan, tidak hujan, tidak ada angin kencang, dan tidak ada yang dilempar pada malam itu dengan meteor. Ini berdasarkan hadits Ubadah bin Shamit r.a.
إِنَّهَا صَافِيَةٌ بَلْجَةٌ كَأَنَّ فِيهَا قَمَرًا سَاطِعًا سَاكِنَةٌ سَاجِيَةٌ لاَ بَرْدَ فِيهَا وَلاَ حَرَّ وَلاَ يَحِل لِكَوْكَبٍ أَنْ يُرْمَى بِهِ فِيهَا حَتَّى تُصْبِحَ وَأَنَّ مِنْ أَمَارَتِهَا أَنَّ الشَّمْسَ صَبِيحَتَهَا تَخْرُجُ مُسْتَوِيَةً لَيْسَ لَهَا شُعَاعٌ مِثْل الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ وَلاَ يَحِل لِلشَّيْطَانِ أَنْ يَخْرُجَ مَعَهَا يَوْمَئِذٍ
“Malam itu adalah malam cerah, terang, seolah-olah ada bulan, malam yang tenang dan tentram, tidak dingin dan tidak pula panas. Pada malam itu tidak dihalalkan dilemparnya bintang, sampai pagi harinya. Dan sesungguhnya, tanda Lailatul Qadr adalah, matahari di pagi harinya terbit dengan indah, tidak bersinar kuat, seperti bulan purnama, dan tidak pula dihalalkan bagi setan untuk keluar bersama matahari pagi itu,” (HR Ahmad).
Tanda terakhir, ada yang berpendapat ciri Lailatul Qadar apabila orang-orang beribadah pada malam tersebut, dia merasakan khusyuknya ibadah, ketenangan hati, dan kenikmatan beribadah kepada Allah tidak seperti malam-malam lain. Namun, ada sekian tanda malam Qadar bukan berarti setiap orang bisa mengetahui dan merasakannya.
Imam ath-Thabari mengatakan “Itu tanda-tanda Lailatul Qadar tidak mesti, seorang Muslim bisa saja mendapatkan malam mulia tersebut tanpa ia melihat atau mendengar sesuatu dari tanda-tanda itu.”