REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Pandemi Covid-19 telah menghambat program imunisasi campak, polio, demam kuning, dan difteri. Kini, jutaan anak di dunia, terutama Afrika, berisiko terserang penyakit-penyakit tersebut.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan kesenjangan dalam cakupan vaksinasi telah menyebabkan wabah campak yang serius di Pakistan dan Yaman. Ia menyebut hal itu berpotensi memicu epidemic di masa depan karena vaksinasi anak yang lebih teratur tidak terjawab.
“Kesenjangan dalam cakupan vaksinasi sudah memiliki konsekuensi serius di dunia nyata,” ujar Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam pengarahan virtual pada Senin (26/4).
Pada kesempatan itu, Ghebreyesus turut mengumumkan strategi imunisasi global baru. Tujuan strategi itu adalah mengurangi setengah jumlah anak yang tidak menerima vaksin dari 20 juta menjadi 10 juta. Direktur Departemen Imunisasi WHO Kate O’Brien mengungkapkan, langkah demikian dapat mencegah hingga 50 juta kematian pada 2030.
Dibandingkan tahun ini, kini sudah ada beberapa kemajuan tercapai dalam memulihkan vaksinasi rutin yang sempat terganggu pandemi. Namun lebih dari sepertiga dari 135 negara yang menanggapi survei WHO mengatakan mereka masih mengalami kesulitan.
“Bahkan sebelum pandemi, ada tanda-tanda mengkhawatirkan bahwa kami mulai kehilangan kekuatan dalam perang melawan penyakit anak yang dapat dicegah, dengan 20 juta anak telah kehilangan vaksinasi kritis,” kata Direktur Eksekutif UNICEF Henrietta Fore yang turut hadir bersama Ghebreyesus.
Fore mengatakan pandemi telah membuat situasi yang buruk menjadi lebih buruk. Survei WHO menemukan, saat ini setidaknya 60 kampanye imunisasi massal di 50 negara ditunda. Hal itu menempatkan 228 juta orang, mayoritas anak-anak, dalam risiko terserang penyakit serius yang sebenarnya dapat dicegah. Lebih dari separuh negara yang terkena dampak berada di Afrika.
Program imunisasi campak, salah satu penyakit paling menular di dunia, merupakan 23 dari kampanye yang ditunda. Hal itu mempengaruhi sekitar 140 juta orang.