Selasa 27 Apr 2021 14:14 WIB

Tuchel 'Semprot' Format Baru Liga Champions

Tuchel pun tak pernah dilibatkan oleh UEFA.

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Gilang Akbar Prambadi
Pelatih kepala Chelsea Thomas Tuchel memberikan instruksi dari garis samping saat pertandingan sepak bola Liga Utama Inggris antara West Ham United dan Chelsea di Stadion London, London, Inggris, Sabtu, 24 April 2021.
Foto: Andy Rain/Pool via AP
Pelatih kepala Chelsea Thomas Tuchel memberikan instruksi dari garis samping saat pertandingan sepak bola Liga Utama Inggris antara West Ham United dan Chelsea di Stadion London, London, Inggris, Sabtu, 24 April 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pelatih Chelsea, Thomas Tuchel, mengaku, tidak pernah dilibatkan oleh Federasi Sepak Bola Eropa (UEFA) dalam diskusi ataupun pembahasan apapun terkait format baru Liga Champions, yang rencananya akan mulai diterapkan pada musim 2024/2025 mendatang. Pelatih asal Jerman itu pun tidak yakin, pelatih lain ataupun pemain juga dilibatkan dalam diskusi penetapan format baru kompetisi paling bergengsi antara klub Eropa tersebut. 

Sebelumnya, UEFA menetapkan akan menerapkan format baru Liga Champions pada musim 2024/2025. Keputusan ini diambil UEFA sehari setelah 12 klub top Eropa mengumumkan sepakat untuk membentuk kompetisi anyar bertajuk Liga Super Eropa (ESL), yang berbeda di luar naungan UEFA. 

Nantinya, dalam format baru, yang menggunakan sistem kompetisi berupa Sistem Swiss tersebut, Liga Champions akan diikuti 36 tim, alih-alih 32 tim seperti pada sistem saat ini. Dengan begitu, ada perubahan besar dalam sistem babak penyisihan. Sistem penyisihan berdasarkan grup tidak akan lagi digunakan, dalam format baru ini, babak penyisihan akan seperti liga. 

Setiap tim kontestan akan melakoni 10 laga, lima laga kandang dan lima laga tandang. Tiap-tiap klub akan mendapakan lawan berdasarkan sistem penempatan, yang ditentukan dari sejarah keikutsertaan di pentas Liga Champions. 

Nantinya, delapan tim teratas akan melaju ke fase gugur, sedangkan tim yang menempati peringkat kesembilan dan ke-24 kan melakoni laga play off guna memperebutkan delapan tiket yang tersisa di babak 16 besar. Dengan sistem ini, jumlah total Liga Champions dalam satu musim akan bertambah drastis, dari 125 pertandingan hingga 225 pertandingan. 

Tidak hanya itu, setiap tim juga akan melakoni laga lebih banyak, setidaknya 10 laga di babak penyisihan, lebih banyak empat laga dibanding pada sistem saat ini. Kondisi ini kemudian berimbas pada tidak adanya jeda istirahat Liga Champions, yang biasa digelar pada pertengahan Desember dan pertengahan Februari. 

Dengan meningkatkannya jumlah laga, maka Liga Champions akan berjalan selama satu musim penuh. Namun, sistem ini mendapatkan berbagai kritik, tidak terkecuali dari Tuchel. Seperti halnya keluhan yang diungkapkan para pelatih lain, termasuk Pep Guardiola, Tuchel juga melontarkan kritik pedas terhadap format baru Liga Champions tersebut terutama terkait padatnya jadwal yang harus dilakoni sebuah tim. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement