Selasa 27 Apr 2021 19:37 WIB

Pria Kalifornia Alami Pembekuan Darah Setelah Divaksin J&J

Pasien mengalami pembekuan darah di kakinya.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Dwi Murdaningsih
Vaksin Johnson & Johnson
Foto: Johnson & Johnson via AP
Vaksin Johnson & Johnson

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Penerima vaksin Covid-19 Johnson & Johnson kembali mengalami efek samping pembekuan darah. Kini, seorang pria berusia 30 tahun dilaporkan sedang dalam perawatan di pusat medis Universitas California San Francisco (UCSF) karena pembekuan darah.

"Sejauh pengetahuan kami, ini adalah pasien pria pertama dengan sindrom VITT (trombositopenia trombotik yang diinduksi vaksin) di AS setelah otorisasi penggunaan darurat untuk vaksin Johnson & Johnson pada 27 Februari 2021," kata juru bicara UCSF Suzanne Leigh dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga

Leigh mengungkapkan bahwa pasien pria tersebut masih dalam pemulihan, dengan harapan bisa keluar dari rumah sakit dalam beberapa hari ke depan.

Pasien mengalami pembekuan darah di kakinya. Dia menerima vaksin pada 8 April, lalu seminggu kemudian mengalami peningkatan rasa sakit di punggung bawah dan kakinya.

"Dia dirawat 21 April dan menerima terapi yang direkomendasikan untuk VITT, yang meliputi imunoglobulin intravena, antikoagulan argatroban, dan prednison," kata Leight seperti dilansir dari laman Fox News pada Selasa (27/4).

Berita itu muncul setelah FDA dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mencabut jeda 11 hari untuk penggunaan vaksin COVID-19 Johnson & Johnson. Jeda dicabut setelah adanya peninjauan dan rekomendasi dari panel ahli yang menyatakan bahwa manfaat vaksinasi lebih besar daripada risiko efek samping, termasuk kasus pembekuan darah parah yang jarang terjadi.

Komite penasihat CDC merekomendasikan agar vaksin Johnson & Johnson COVID-19 tetap digunakan. Namun harus menyertakan peringatan akan risiko panjang dari pembekuan darah yang serius.

Pada Jumat, Komite CDC melakukan pertemuan untuk meninjau data keamanan seputar vaksin J&J setelah ada 15 kasus yang disebut trombosis dengan sindrom trombositopenia (TTS), di tengah hampir 8 juta vaksinasi J&J telah disuntikan. TTS adalah istilah yang luas, termasuk trombosis sinus vena serebral (CVST) yang jarang tetapi berpotensi mematikan dan trombosis vena dalam serta tromboemboli paru.

Semua kasus yang dilaporkan terjadi pada wanita berusia 18 hingga 59 tahun, dengan usia rata-rata 37 tahun. Dari total 15 kasus, 12 diidentifikasi sebagai CVST dengan trombositopenia. Kasus lain terjadi di vena portal dan lokasi arteri pulmonalis. Kasus potensial lain yang sedang ditinjau termasuk laki-laki. Pejabat mengecualikan satu wanita dengan riwayat kasus yang kompleks dan unik.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement