Selasa 27 Apr 2021 19:47 WIB

Partisipasi Mahasiswa Penting Tangani Kekerasan Seksual

Saat ini proses pembuatan permendikbud soal pencegahan kekerasan seksual di kampus.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Mas Alamil Huda
Mendikbud Nadiem Makarim.
Foto: Prayogi/Republika.
Mendikbud Nadiem Makarim.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mengatakan, saat ini pihaknya masih dalam proses pembuatan permendikbud soal pencegahan kekerasan seksual di kampus. Meskipun demikian, di luar peraturan yang ada, hal penting lainnya yang perlu ditanamkan dalam menjaga lingkungan kampus yang aman adalah partisipasi mahasiswa.

"Jadi dalam kita merancang suatu strategi yang benar-benar mendarahdagingkan konsep moralitas di dalam perguruan tinggi, itu menurut kami dari yang kita lihat dari track record program yang sukses, yang terpenting itu partisipasi mahasiswanya sendiri," kata Nadiem, saat menjadi pembicara di kegiatan Ngobrol Intim Yang Muda, Selasa (27/4).

Ia menjelaskan, penting bagi mahasiswa untuk memahami posisinya di tengah kampus. Mahasiswa harus paham bahwa dirinya adalah corong dukungan, bantuan dan pelaporan jika terjadi hal-hal yang tidak menyenangkan di kampusnya.

Di dalam menciptakan pemahaman tersebut, Nadiem berpendapat tidak bisa pelaporan dan bantuan terkait kekerasan di kampus, terbatas hanya di perguruan tinggi saja. Menurutnya, penting untuk menciptakan koneksi antara mahasiswa ke pihak di luar kampus, misalnya pemerintah. Hal ini dirasa perlu agar ketika muncul masalah di dalam kampus, penyelesaiannya betul-betul netral dari pihak yang tidak memiliki kepentingan apapun.

"Channel-nya nggak bisa mandek saja di perguruan tinggi, harus ada beberapa opsi. Bisa ada eskalasi kepada kementerian secara langsung, dan reporting system itu semuanya akan dilakukan secara online," kata dia lagi.

Ia juga menegaskan, di dalam sistem pelaporan itu penting untuk menjaga kerahasiaan pelapor. Nadiem ingin menciptakan satu sistem yang tidak membuat pelapor ragu melaporkan kejadian yang ia alami. Sebab, ia menyadari saat ini masih ada stigma jelek yang beredar di masyarakat terkait korban kekerasan seksual.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَاِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّ اَرِنِيْ كَيْفَ تُحْيِ الْمَوْتٰىۗ قَالَ اَوَلَمْ تُؤْمِنْ ۗقَالَ بَلٰى وَلٰكِنْ لِّيَطْمَىِٕنَّ قَلْبِيْ ۗقَالَ فَخُذْ اَرْبَعَةً مِّنَ الطَّيْرِفَصُرْهُنَّ اِلَيْكَ ثُمَّ اجْعَلْ عَلٰى كُلِّ جَبَلٍ مِّنْهُنَّ جُزْءًا ثُمَّ ادْعُهُنَّ يَأْتِيْنَكَ سَعْيًا ۗوَاعْلَمْ اَنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌحَكِيْمٌ ࣖ
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati.” Allah berfirman, “Belum percayakah engkau?” Dia (Ibrahim) menjawab, “Aku percaya, tetapi agar hatiku tenang (mantap).” Dia (Allah) berfirman, “Kalau begitu ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah olehmu kemudian letakkan di atas masing-masing bukit satu bagian, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera.” Ketahuilah bahwa Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.

(QS. Al-Baqarah ayat 260)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement