Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mendesak Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden untuk segera membatalkan pernyataannya tentang pembantaian orang-orang Armenia di Kesultanan Utsmaniyah pada tahun 1915.
Pernyataan bahwa kekaisaran telah melakukan genosida, menurut Erdogan dinilai sebagai tindakan yang mengecewakan dan mengganggu hubungan bilateral kedua negara.
Presiden Erdogan pada hari Senin (26/04) mengatakan dia "teramat sedih” dengan keputusan Presiden AS Joe Biden yang menggunakan kata genosida untuk menggambarkan deportasi massal dan pembantaian massal orang-orang Armenia di awal abad ke-20 Kesultanan Utsmaniyah. Erdogan menyebut pernyataan ini tidak berdasar dan tidak adil.
Recep Tayyip Erdogan juga berharap bahwa mereka akan membahas hal ini beserta masalah lainnya dalam pertemuan tatap muka pertama di KTT NATO bulan Juni dan "membuka pintu untuk periode baru.” Jika tidak, Turki akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan, ujar Erdogan tanpa merinci lebih lanjut.
Deklarasi oleh Biden pada Sabtu (24/04) membuat Turki meradang dan mengatakan pengumuman itu telah membuka "luka mendalam" pada hubungan yang selama ini sudah tegang karena berbagai masalah.
Baca juga : Mengapa Israel tak Ikuti Biden Akui Genosida oleh Ottoman?
Singgung kekejaman terhadap pemukim asli Amerika
Dalam komentar pertamanya sejak pernyataan Biden itu, Erdogan mengatakan "langkah yang salah” akan menghambat hubungan antara Turki dan AS. Ia juga menyarankan Amerika untuk bercermin dan menambahkan Turki masih berusaha membangun hubungan "bertetangga yang baik” dengan Armenia.
"Saya berharap presiden AS akan kembali dari langkah yang salah ini secepat mungkin."
"Jika Anda mengatakan genosida, maka Anda perlu melihat diri Anda sendiri di cermin dan mengevaluasi. Penduduk asli Amerika, saya bahkan tidak perlu menyebut mereka, yang terjadi sudah jelas," katanya, merujuk pada perlakuan orang Eropa terhadap pemukim asli Amerika.
"Sementara semua kebenaran ini ada di luar sana, Anda tidak bisa menyematkan tuduhan genosida pada orang-orang Turki.”
Turki mengakui bahwa banyak orang Kristen Armenia yang tinggal di Kesultanan Utsmaniyah tewas dalam bentrokan dengan pasukan kesultanan selama Perang Dunia Pertama, tetapi Turki membantah angka korban tewas yang dilaporkan mencapai 1,5 juta jiwa dan menyangkal bahwa pembunuhan itu diatur secara sistematis atau merupakan genosida.
Isu sensitif bagi Turki
Biden menjadi presiden AS pertama yang menggunakan kata genosida dalam sebuah peringatan pembantaian warga Armenia tahun 1915. Sehari sebelumnya Erdogan telah diinformasikan tentang keputusan tersebut.
"Kita mengingat kehidupan semua orang yang tewas dalam genosida Armenia era Utsmaniyah dan kembali berkomitmen untuk mencegah kekejaman semacam itu terulang,” kata Biden.
"Kita menegaskan sejarah. Kita melakukan ini bukan untuk menyalahkan tetapi untuk memastikan bahwa apa yang terjadi tidak pernah terulang.”
Pembantaian etnis Armenia adalah masalah sensitif bagi Turki, dan negara-negara anggota NATO lainnya seperti Prancis, Jerman, dan Kanada yang telah mengakuinya sebagai genosida.
Ankara dan Washington tengah berjuang untuk memperbaiki hubungan, namun dalam beberapa tahun terakhir hubungan kembali tegang karena sejumlah masalah, termasuk pembelian sistem pertahanan dari Rusia oleh Turki yang mengakibatkan penjatuhan sanksi oleh AS, dan perbedaan kebijakan di Suriah.
Baca juga : Legislator: Densus Pasti Punya Bukti Tangkap Munarman
Berbicara kepada wartawan di Ankara, ketua parlemen Turki Mustafa Sentop mengatakan anggota parlemen akan menanggapi pernyataan Biden pada hari Rabu (28/04). Pemerintah Turki dan sebagian besar pihak oposisi telah sama-sama menolak pernyataan Biden.
ae/hp (Reuters, AP, AFP)