REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammad bin Salman atau MBS mengatakan, Amerika Serikat (AS) adalah mitra strategis Arab Saudi. Selain itu Riyadh hanya memiliki sedikit perbedaan dengan pemerintahan Presiden AS Joe Biden.
Dalam wawancara yang disiarkan di televisi, MBS mengatakan Arab Saudi sedang berusaha mengatasi perbedaan tersebut. Penguasa de facto Arab Saudi itu menambahkan Riyadh tidak akan menerima tekanan atau intervensi mengenai urusan internal mereka.
Presiden AS Joe Biden yang mengatakan, hanya akan berbicara dengan Raja Salman mengambil sikap yang lebih tegas terhadap Riyadh mengenai catatan hak asasi manusia dan perang Yaman dibandingkan Donald Trump. Pengusaha real estate itu memiliki hubungan erat dengan MbS.
"Kesepakatan kami dengan pemerintah Biden lebih dari 90 persen dalam kepentingan Arab Saudi dan AS dan kami sedang bekerja untuk memperkuat kepentingan-kepentingan itu," kata MbS dalam wawancaranya dengan Saudi TV, Rabu (28/4).
"Permasalahan yang tidak kami sepakati kurang dari 10 persen dan kami sedang berusaha mencari solusi dan kesepahaman, tidak diragukan lagi Amerika Serikat mitra strategis," tambahnya.
MbS naik tahkta menjadi putra mahkota pada tahun 2017 dan telah mengkonsolidasikan kekuasaan sejak saat itu. Ia menambahkan Arab Saudi juga sedang membangun kemitraan strategis dengan Rusia, India, dan China.
Pada awal tahun ini pemerintah Biden merilis laporan intelijen yang melibatkan putra mahkota pada pembunuhan jurnalis Arab Saudi Jamal Khashoggi pada tahun 2018 tapi AS tidak menghukumnya. MbS membantah terlibat dalam kasus tersebut.
AS juga menarik dukungannya untuk operasi penyerangan koalisi Arab Saudi yang berperang melawan pemberontak Houthi di Yaman. Konflik itu dipandang sebagai perang proksi antara Arab Saudi dan Iran yang memperebutkan pengaruh di kawasan. MbS mengatakan negara ingin memiliki hubungan baik dengan Iran.
"Masalah kami dengan Iran adalah perilaku negatif," kata MBS sambil menyinggung program nuklir dan rudal Teheran dan bantuan ke proksi-proksi mereka di seluruh kawasan.
"Kami sedang bekerja sama dengan mitra regional dan global kami untuk menemukan solusi masalah-masalah ini dan kami berharap dapat mengatasinya dengan memiliki hubungan baik dengan semua orang," tambahnya.
Salah satu sumber di kawasan mengatakan, pejabat Iran dan Arab Saudi sudah menggelar perundingan untuk menurunkan ketegangan pada bulan ini. Mereka fokus membahas isu Yaman dan upaya untuk membawa kembali AS ke perjanjian nuklir Iran atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA).
Arab Saudi mendukung langkah Trump untuk menarik keluar AS dari JCPOA pada tahun 2018 lalu. Teheran merespons keputusan tersebut dengan melanggar sejumlah ketentuan perjanjian itu.