REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nuzulul Quran pada 17 Ramadhan setiap tahunnya menjadi momen penting yang diperingati kaum Muslim, terutama di Indonesia. Secara khusus, di Indonesia waktu ini diisi dengan berbagai kegiatan untuk merayakan, sebagai bagian dari tradisi masyarakat yang turun-temurun dilakukan.
Biasanya, kegiatan yang dilakukan untuk menyemarakkan peringatan Nuzulul Quran melibatkan banyak orang. Dikutip laman Nahdlatul Ulama, acara yang digelar di Indonesia untuk merayakan momen ini, di antaranya adalah dengan menggelar pengajian, tahlil, khataman Alquran, tumpengan, hingga istighatsah, dan masih banyak acara lainnya.
Di Nusantara, selain acara-acara dan aktivitas yang telah disebutkan, ada tradisi tertentu di sejumlah daerah untuk memperingati Nuzulul Quran. Salah yang paling dikenal masyarakat secara luas berasal dari Aceh, yaitu kenduri. Ini adalah acara yang berupa buka puasa bersama.
Khusus bagi masyarakat Aceh Besar dan Ibu Kota Banda Aceh, tradisi ini dinamakan dengan kenduri Tammat Daruh atau bermakna kenduru khatam Quran. Salah satu menu wajib dalam Kenduru Nuzulul Quran di Aceh adalah kuah beulangong yang dimasak bersama-sama. Ini adalah salah satu masakan khas Aceh Besar yang berisi daging sapi dan kambing dengan campuran aneka bumbu serta buah nangka mentah yang dimasak dalam kuali besar.
Berikutnya, tradisi peringatan Nuzulul Quran di Indonesia lainnya yang paling dikenal datang dari Jawa, tepatnya di Solo, Jawa Tengah. Dikenal sdengan nama Seribu Tumpeng, kegiatan ini dilakukan dengan menggiring seribu nasi tumpeng dari Keraton Kasunanan Surakarta menuju Joglo Sriwedari Solo. Biasanya, acara ini digelar setiap malam 21 bulan Ramadhan. Setelah tumpeng selesai diarak, nasi tumpeng ini dikonsumsi oleh warga Solo.
Meski demikian, pada tahun ini, Nuzulul Quran yang jatuh pada Rabu (28/4) malam mungkin akan cukup berbeda mengingat situasi pandemi virus corona jenis baru (Covid-19) yang masih berlangsung. Kementerian Agama (Kemenag) sudah mengeluarkan surat edaran tentang panduan beribadah yang sejalan dengan protokol kesehatan sehingga acara-acara yang mengundang keramaian, seperti peringatan Nuzulul Quran, tidak boleh dilaksanakan berkerumun di wilayah Nusantara yang termasuk dalam kategori zona merah dan zona orange.
Peringatan Nuzulul Quran yang diadakan di dalam maupun luar gedung di daerah yang masuk kategori zona kuning dan zona hijau tetap harus memperhatikan protokol kesehatan secara ketat. Jumlah peserta dalam acara ini juga adalah maksimal 50 persen dari kapasitas tempat acara.
Dikutip dari buku Dialog Ramadhan bersama Cak Nur: Merenungi Makna dan Hikmah Ibadah Puasa, Lailatul Qadr, Nuzulul Qur’an, Zakat, dan Hari Raya Idul Fitri', tradisi memperingati Nuzulul Quran pada 17 Ramadhan dinilai sangat baik dan terpuji karena akan mengingatkan kota pada nilai-nilai spiritual di mana Tuhan seakan ikut ambil bagian atau melakukan intervensi (dalam arti positif) terhadap jalannya.
Menurut laman Nahdlatul Ulama, sebenarnya makna memperingati malam Nuzulul Quran adalah mengingatkan kembali pentingnya menghayati dan mengamalkan nilai-nilai Alquran dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, ini juga bisa memotivasi umat Islam untuk selalu membaca kitab suci agar mendapatkan hidup yang berkah dan diridhai Allah SWT.