REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- India mengalami tonggak sejarah suramnya pada Rabu (28/4) waktu setempat. Lebih dari 200 ribu orang meninggal dunia karena Covid-19 di seluruh negeri sejak pandemi masuk ke negara tersebut.
Kementerian Kesehatan India melaporkan rekor kematian sebanyak 3.293 dalam kurun waktu 24 jam, Rabu (28/4). Rekor ini menjadikan total kematian di seluruh negeri menjadi 201.187 jiwa.
Sementara itu kasus infeksi Covid-19 di India juga mencatatkan rekor global sebanyak 362.757 dalam satu hari. Lima hari berturut, negara berpenduduk 1,4 miliar itu mengalami rekor kasus infeksi virus korona yang mencapai lebih dari 300 ribu kasus.
India adalah negara keempat yang melampaui 200 ribu kematian. Negara pertama Amerika Serikat, Brasil, dan Meksiko. Seperti di banyak negara, para ahli meyakini bahwa infeksi dan kematian akibat virus korona di India sangat rendah.
Kematian Covid-19 pertama yang diketahui di India terjadi pada 12 Maret 2020, di negara bagian Karnataka selatan. Butuh lima bulan untuk mencapai 50 ribu orang pertama yang meniggal karena virus. Korban meninggal mencapai 100 ribu kematian dalam dua bulan ke depan pada Oktober 2020 dan 150 ribu kematian pada tiga bulan kemudian pada Januari tahun ini. Kematian melambat hingga pertengahan Maret, kemudian meningkat tajam lagi.
Selama sepekan terakhir ini, lebih dari 2.000 orang India meninggal karena virus setiap hari. Penurunan Februari dan Meret awalnya dipandang bahwa negara tersebut telah melewati pandemi terburuk tahun lalu, namun virus itu kini menyebar melalui populasi dan sistem kesehatannya mulai runtuh.
Rawat inap dan kematian telah mencapai rekor tertinggi, membuat kewalahan petugas kesehatan. Pasien tercekik karena persediaan oksigen rumah sakit sudah habis. Anggota keluarga yang putus asa mengirim pesan SOS di media sosial, berharap seseorang akan membantu mereka menemukan tabung oksigen, tempat tidur rumah sakit yang kosong, dan obat-obatan penting untuk orang yang mereka cintai. Krematorium juga tidak mencukupi hingga tumpah ke tempat parkir, menerangi langit malam di beberapa kota.
Sistem kesehatan yang buruk membuat banyak negara menawarkan bantuan termasuk Amerika Serikat (AS). AS sendiri berjanji untuk membantu mengirimkan peralatan pelindung diri, tes, dan pasokan oksigen. AS juga akan mengirimkan bahan mentah untuk produksi vaksin, memperkuat kapasitas India untuk memproduksi lebih banyak dosis AstraZeneca.
Pakar kesehatan mengatakan, pertemuan besar selama festival Hindu dan kampanye pemilihan besar-besaran di beberapa negara bagian telah mempercepat lonjakan yang belum pernah terjadi sebelumnya di India sekarang. Mereka juga mengatakan perpesanan campur aduk pemerintah dan deklarasi kemenangan yang terlalu dini atas virus tersebut mendorong orang-orang untuk rileks ketika mereka seharusnya terus mematuhi secara ketat jarak fisik, mengenakan masker, dan menghindari kerumunan besar.
Ibu kota negara New Delhi pun ditutup, begitu pula negara bagian selatan Maharashtra dan Karnataka. Beberapa negara bagian lain juga telah memberlakukan pembatasan dalam upaya untuk mengekang penyebaran virus.
India juga meminta angkatan bersenjatanya untuk membantu memerangi krisis yang menghancurkan itu. Kepala Staf Pertahanan India, Jenderal Bipin Rawat, mengatakan pada Senin (26/4) malam lalu bahwa pasokan oksigen akan dikeluarkan dari cadangan angkatan bersenjata. Sementara pensiunan personel medisnya akan bergabung dengan fasilitas kesehatan untuk mengurangi tekanan pada para dokter.
Sementara itu, program vaksinasi India tampak kesulitan. Sejauh ini hampir 10 persen populasi negara telah menerima satu suntikan, tetapi lebih dari 1,5 persen telah menerima kedua vaksin tersebut. Warga India berusia 18 tahun ke atas berhak mendapatkan vaksin mulai Sabtu.