REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) menyatakan sains dalam hal ini ilmu astronomi dan syariat agama tak bisa dipisahkan dalam menentukan hilal baik itu awal Ramadhan, Idul Fitri, maupun Zulhijah.
"Dan intinya tidak cukup dengan sains antariksa saja. Astronomi adalah alat yang butuh bantuan, bantuannya syariat agama. Bagaimana panduan dalam hadits sahih dalam agama," ujar Peneliti Sains Antariksa di Lapan Abdul Rachman dalam diskusi virtual yang dipantau secara daring, Rabu (28/4).
Menurut dia, Alquran juga menjelaskan mengenai penghitungan bulan menggunakan astronomi untuk kehidupan. Ia mengatakan dari tafsir ayat Alquran tentang astronomi menyatakan matahari dan bulan diciptakan untuk perhitungan hari.
Maka kata dia, perhitungan ini salah satunya bisa ditafsirkan untuk penanggalan kalender. "Kalau ditanya penentuan hari raya berdasarkannya ilmu astronomi tapi apakah cukup menggunakan ilmu astronomi saja? Tidak cukup, tapi kita butuh ilmu lain, dalam sains kita tidak belajar khusus tentang penentuan awal penentuan hijriyah," kata dia.
Jika ditarik dalam penentuan awal bulan, umat Islam menggunakan perhitungan Hijriyah dalam penanggalan kalender, terutama menentukan awal Ramadhan, Syawal, dan Zulhijah. Perhitungan Hijriyah ini menggunakan perputaran bulan sebagai perhitungan hari dan bulan dalam satu tahun.
Sementara masehi menggunakan perputaran matahari. Sehingga perputaran hari dalam Hijriyah adalah saat terbenam matahari bukan pukul 00.00.