Pertama kali ditemukan di India, varian virus corona B.1.617 memiliki dua perubahan genetik yang signifikan pada protein permukaannya, yakni E484Q dan L452R.
E484Q mirip dengan E484K, yang terlebih dahulu muncul di Inggris, Afrika Selatan, dan Brasil. Sementara L452R dapat ditemukan di California. Namun kedua mutasi itu, pada varian di India muncul bersamaan untuk pertama kalinya, itulah sebabnya laporan merujuk pada "mutan ganda."
Fakta bahwa dua mutasi terjadi bersamaan, tidak berarti bahwa varian ini juga dua kali lebih menular atau lebih berbahaya. Sejauh ini belum ditemukan cukup data untuk menilai ancaman bahaya varian B.1.617 sepenuhnya.
Mutasi E484Q
Para ilmuwan menyebut mutasi yang membantu virus terbuka dari sistem kekebalan manusia sebagai "mutasi untuk lolos." Menurut Institut Robert Koch Jerman, mutasi ini umumnya mengarah pada "penurunan netralisasi oleh antibodi atau sel-T."
Karl Lauterbach, seorang anggota parlemen Jerman yang memegang gelar doktor di bidang kesehatan masyarakat, beberapa hari terakhir mencuitkan di Twitter, menunjukkan studi netralisasi terbaru dari India dan mengatakan bahwa vaksin yang ada seharusnya efektif melawan varian B.1.617.
Lauterbach juga mengutip penelitian baru di Inggris mengenai vaksinasi yang dapat mengurangi risiko infeksi hingga dua pertiga. Studi tersebut juga menemukan bahwa orang yang masih tertular COVID-19 setelah divaksin, memiliki penurunan risiko penyakit parah sekitar 67%. Studi itu menunjukkan bahwa pasien-pasien tersebut cenderung tidak menularkan virus corona.
Varian yang menarik
Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, telah mengklasifikasikan B.1.617 sebagai "varian yang menarik". Sebaliknya, B.1.1.7, varian yang pertama kali diidentifikasi di Inggris; B.1.351, yang ditemukan di Afrika Selatan; dan P1, yang ditemukan di Brasil, merupakan "varian yang menjadi perhatian" WHO.
"Kami tidak dapat menyimpulkan tren dari beberapa pengamatan yang kami miliki, kami masih memerlukan waktu untuk mencermati hal ini," kata Richard Neher, Kepala Kelompok Penelitian Evolusi Virus dan Bakteri di Biozentrum, Universitas Basel.
"Menurut saya B.1.617 tidak perlu mendapat perhatian lebih dibandingkan varian lainnya," tambahnya.
Christian Drosten, Kepala Ahli Virologi di Rumah Sakit Charite Berlin, juga tidak mengkhawatirkan varian baru tersebut. Generasi vaksin berikutnya hanya membutuhkan "sedikit pembaruan" untuk melawan "sebagian besar mutan yang lolos dari sistem kekebalan," kata Drosten dalam podcast regulernya pada Maret lalu.
(ha/as)