REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Alquran ternyata juga menyampaikan fakta-fakta tentang cinta. Setidaknya ada lima fakta cinta di dalam Alquran.
Fakta pertama, Alquran menegaskan sifat cinta yang melekat pada Allah SWT. Allah SWT mencintai para hamba yang senantiasa taat kepada-Nya.
Allah SWT memilih di antara hamba-Nya yang patut untuk Dia cintai sehingga akan mendapat hak istimewa yang sangat besar di dunia dan akhirat. Ada dua jenis hamba yang dicintai Allah SWT. Pertama, mereka yang cinta pada kebenaran dan merasakan Allah SWT bersama mereka. Kedua, merasakan bahwa Allah SWT mencintai mereka.
Fakta kedua, yaitu adanya delapan kriteria manusia yang dicintai Allah SWT yang disebutkan dalam Alquran. Delapan itu adalah dermawan, takwa, sabar, tawakal, adil, bertaubat, suci dan menyucikan, dan berjuang di jalan Allah SWT.
Setiap orang yang beriman berusaha untuk termasuk dalam salah satu kriteria tersebut untuk mendapat cinta Allah SWT. Untuk mencapai tahap itu, diperlukan pengorbanan atas sesuatu yang disukai. Selain itu juga dibutuhkan kesabaran dan rela bergumul dengan berbagai macam kesulitan.
Fakta ketiga, berkaitan dengan ihsan. Ihsan adalah istilah jamak yang memuat keutamaan dari amal kebaikan dan terpenuhinya ibadah sesuai perintah Allah SWT. Ihsan adalah cara yang sangat penting untuk mencapai cinta Allah SWT. Dalam Alquran, ada empat hal untuk mencapai tahap ihsan, yaitu kesalehan, mampu mengendalikan amarah, gemar berinfak, dan memohon ampunan kepada Allah SWT.
Fakta keempat, Alquran menyampaikan kriteria manusia yang tidak disenangi Allah SWT. Kelompok manusia (dalam arti jamak) yang tidak disenangi Allah ialah para penyerang, penindas, perusak, arogan, pengkhianat, orang-orang kafir, dan orang yang suka bersenang-senang. Adapun orang (secara individu) yang tidak disenangi Allah SWT, yang disebutkan dalam Alquran, antara lain yaitu kufur dan sombong.
Kelima, Alquran juga menjelaskan tentang dua jenis manusia yang tidak dicintai Allah SWT. Pertama ialah orang yang suka mengucapkan perkataan buruk, dan kedua, berbuat kerusakan. Kedua jenis manusia ini menggambarkan sistem moral atau akhlak yang telah rusak dan menyebar keburukan di tengah masyarakat sudah dianggap biasa.
Maka ingatlah, runtuhnya akhlak menjadi tanda merebaknya kerusakan. Merebaknya kerusakan berarti tanda tidak ada lagi kebajikan dan budi pekerti. Orang dengan dua sifat tersebut akan kehilangan kemampuan untuk mengendalikan realitas dalam menjalankan peran sebagai khalifah di muka Bumi.
Sumber: alukah.net