REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Regulator obat-obatan Australia menyelidiki dua kematian yang diduga terkait dengan vaksin Covid-19. Hal ini meningkatkan kekhawatiran, karena Australia berupaya untuk mempercepat program imunisasi yang telah meleset dari target vaksinasi awal.
"Semua laporan kematian setelah vaksinasi akan ditinjau, untuk menilai kemungkinan bahwa vaksin berkontribusi pada peristiwa atau kondisi medis yang menyebabkan hasil yang fatal," kata Administrasi Barang Terapeutik (TGA).
Media Australia melaporkan, dua pria meninggal di negara bagian New South Wales (NSW) beberapa hari setelah mendapatkan suntikan vaksin virus Corona. Seven News melaporkan, seorang pria berusia 71 tahun dengan beberapa kondisi kesehatan yang mendasarinya meninggal beberapa hari setelah mendapatkan vaksin AstraZeneca. Kemudian sebuah surat kabar regional di kota Tamworth melaporkan, seorang pria berusia 55 tahun meninggal delapan hari setelah mendapatkan vaksin.
TGA mengatakan, pelaporan kejadian buruk setelah vaksinasi tidak berarti hal itu disebabkan oleh dosis vaksin itu sendiri. TGA tidak merinci kapan kematian itu terjadi, karena alasan kerahasiaan pasien.
Upaya imunisasi Australia menggunaman vaksin AstraZeneca dan Pfizer. Tetapi awal bulan ini pihak berwenang menangguhkan program vaksinasi terhadap hampir 26 juta penduduknya pada akhir tahun 2021. Penangguhan dilakukan setelah menemukan kemungkinan adanya hubungan antara vaksin AstraZeneca dan pembekuan darah.
Australia, yang telah mengandalkan sebagian besar vaksin AstraZeneca. Mereka merekomendasikan dosis vaksin hanya boleh diberikan kepada orang-orang di atas 50 tahun. Dua minggu lalu, Australia melaporkan kematian pertama akibat pembekuan darah yang terkait dengan vaksin AstraZeneca. Temuan ini diungkapkan setelah regulator obat-obatan mengatakan, kematian seorang wanita berusia 48 tahun kemungkinan terkait dengan vaksin tersebut.
Peluncuran vaksinasi di menemui beberapa hambatan. Lebih dari 2 juta total dosis vaksin telah diberikan hingga Selasa. Jumlah tersebut masih jauh dari target 4 juta vaksin yang dijanjikan pada akhir Maret.