REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- India kembali mencatat rekor global dalam kasus virus Corona tipe baru (Covid-19) dalam waktu 24 jam, Kementerian Kesehatan India mencatat, 379.257 kasus Covid-19 baru dalam sehari, Kamis. Angka ini menambahkan jumlah total kasus di seluruh negara menjadi lebih dari 18,3 juta kasus atau nomor dua tertinggi setelah Amerika Serikat (AS).
Kementerian Kesehatan juga melaporkan 3.645 jiwa yang meninggal karena Covid-19 dalam 24 jam terakhir hingga Kamis. Kematian harian meningkat hampir tiga kali lipat dalam tiga pekan terakhir yang juga mencerminkan intensitas lonjakan terbaru.
Sementara itu sistem kesehatan negara yang sudah tertatih-tatih berada di bawah tekanan besar sehingga mendorong banyak sekutu negara-negara untuk mengirimkan bantuan.
Negara berpenduduk hampir 1,4 miliar orang itu mengira pandemi sudah menurun ketika kasus-kasus sudah mulai surut pada September. Namun, pertemuan publik yang mengundang banyak orang, seperti demonstrasi politik, hingga acara keagamaan dibiarkan berlanjut.
Banyak warga abai terhadap protokol kesehatan, tidak memakai masker dan abai menjaga jarak dari orang satu ke orang lain.
Lonjakan terbaru ini juga diliputi oleh varian baru dari Covid-19. Sementara itu, mulai Rabu, semua orang India berusia 18 tahun ke atas diizinkan untuk mendaftar di aplikasi pemerintah untuk vaksinasi, tetapi media sosial dibanjiri dengan keluhan bahwa aplikasi tersebut mengalami macet karena penggunaan yang tinggi.
Vaksinasi seharusnya dimulai Sabtu, namun India, sebagai salah satu produsen vaksin terbesar di dunia, belum memiliki dosis yang cukup untuk semua orang. Bahkan upaya berkelanjutan untuk menyuntik orang di atas usia 45 tahun masih terbata-bata.
Satu negara bagian, Maharashtra, telah mengatakan tidak akan dapat memulai vaksinasi pada Sabtu. Sejak Januari, hampir 10 persen orang India telah menerima satu suntikan vaksin, namun hanya sekitar 1,5 persen yang menerima kedua dosis yang diperlukan.
Lonjakan kasus membuat rumah sakit kesulitan mendapatkan oksigen. Di tengah kekurangan oksigen akut dan persediaan rumah sakit lainnya, Gedung Putih mengatakan AS akan mengirim lebih dari 100 juta dolar AS dalam bentuk barang, termasuk 1.000 tabung oksigen, 15 juta masker N95 dan 1 juta tes diagnostik cepat. AS dan Inggris telah mengirimkan pengiriman barang medis. Prancis, Jerman, Rusia, Irlandia, dan Australia juga menjanjikan bantuan.