REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Abu Bakar pernah memiliki seorang budak yang selalu memberikan hasil kerjanya kepadanya setiap malam. Abu Bakar pun selalu menanyakan darimana rezeki yang didapatkannya tersebut. Karena, Abu Bakar sangat hati-hati terhadap makanan yang haram. Dia hanya mengonsumsi makanan yang halal saja.
Seperti diceritakan dalam buku “Tawa Ala Rasulullah: 101 Canda dan Tawa Muhammad”, pada suatu malam hamba sahaya tersebut memberikan hasil dari kerjanya berupa hidangan makanan kepada Abu Bakar. Namun, saat sedang berpuasa, Abu Bakar lupa untuk menanyakan asal muasal makanan tersebut.
Lalu, Abu Bakar mengambil makanan tersebut dengan tangannya dan langsung memakannya sebagai santapan berbuka puasa. Melihat Abu Bakar yang makan dengan lahapnya, maka si hamba sahaya pun berkata,
“Wahai Abu Bakar, biasanya kamu menanyakan pekerjaanku tiap malam ketika aku datang dan memberikan sesuatu kepadamu. Akan tetapi mengapa aku tidak melihatmu bertanya kepadaku tentang hal itu malam ini?” “Kalau begitu, beritahukanlah kepadaku, darimana makanan tersebut?” tanya Abu Bakar.
Hamba sahaya tersebut menjawab bahwa dirinya melakukan praktik perdukunan jahiliyah kepada masyarakat. “Selama ini mereka belum memberikan upah kepadaku, hingga akhirnya pada hari ini mereka baru memberikannya. Padahal praktik perdukunan yang selama ini aku lakukan hanyalah palsu atau bohong belaka,” kata hamba sahaya tersebut.
Setelah mendengar pengakuan itu, Abu Bakar pun segera memasukkan jarinya ke dalam tenggorokannya dan memuntahkan makanan yang telah dia telan. Setelah itu, si hamba sahaya pun segera menghadap Rasulullah untuk memberitahu sikap Abu Bakar tersebut. “Sesungguhnya aku telah berdusta kepada Abu Bakar,” kata hamba sahaya.
Maka, Rasulullah pun tertawa karenanya. Beliau tertawa cukup kencang, lalu berkata, “Sesungguhnya Abu Bakar benci untuk memasukkan sesuatu ke dalam perutnya kecuali yang halal saja,” kata Rasulullah. Cerita tersebut dijelaskan dalam kitab karangan Ibnu Abi ad-Dunya, al-Wara’.