Jumat 30 Apr 2021 09:46 WIB

DPRD Tanggapi Usulan Perubahan Nama Kota Tua Jadi Batavia

Dibutuhkan juga perencanaan placemaking dan placebranding yang baik.

Rep: Flori Sidebang/ Red: Gilang Akbar Prambadi
Menteri BUMN Erick Thohir menyampaikan sambutan pada acara penandatanganan perjanjian pokok tentang pembentukan perusahaan patungan pengelola kawasan Kota Tua di halaman Museum Fatahillah, Jakarta, Rabu (28/4/2021). Kolaborasi ini bertujuan untuk membangkitkan kawasan Kota Tua-Sunda Kelapa menjadi destinasi wisata kelas dunia. ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/aww.
Foto: Antara/Dhemas Reviyanto
Menteri BUMN Erick Thohir menyampaikan sambutan pada acara penandatanganan perjanjian pokok tentang pembentukan perusahaan patungan pengelola kawasan Kota Tua di halaman Museum Fatahillah, Jakarta, Rabu (28/4/2021). Kolaborasi ini bertujuan untuk membangkitkan kawasan Kota Tua-Sunda Kelapa menjadi destinasi wisata kelas dunia. ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/aww.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta Farazandi Fidinansyah menilai, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan penggantian nama kawasan Kota Tua menjadi Batavia. Salah satunya, kata dia, adalah melakukan kajian dengan melibatkan ahli sejarah.

“Sejarah Batavia sudah tercatat lebih besar, bukan sekadar hanya penamaan saja. Sehingga perlu diundang ahli sejarah untuk melakukan kajian sebelum ada perubahan nama tersebut, menghindari adanya pergeseran sejarah,” kata Farazandi saat dihubungi, Kamis (29/4).

Selain itu, sambung dia, jika belum ada rencana yang komprehensif terhadap pembangunan kawasan Kota Tua menjadi ikon Kota Jakarta yang mendunia, maka belum ada urgensi untuk melakukan perubahan nama menjadi Batavia.

Menurut dia, untuk keseriusan dalam mengembangkan rencana Kota Tua menjadi pusat pariwisata yang holistik, bukan sekadar mengganti nama yang perlu dilakukan. Namun, dibutuhkan juga perencanaan placemaking dan placebranding yang baik.

“Sehingga meningkatkan animo wisatawan dan menjadi penyambung sejarah kepada generasi selanjutnya agar lebih tertarik memahami sejarah Kota Jakarta lewat experience (pengalaman) dari kegiatan pariwisata,” jelas Bendahara Fraksi PAN DKI Jakarta itu.

Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengusulkan rencana perubahan nama Kota Tua-Sunda Kelapa menjadi Batavia. Anies menyampaikan hal itu saat memberikan sambutan dalam acara penandatanganan pembentukan Joint Venture (JV) Kota Tua - Sunda Kelapa antara Kementerian BUMN dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang sepakat untuk merevitalisasi kawasan Kota Tua-Sunda Kelapa, Rabu (28/4).

Kegiatan tersebut juga dihadiri oleh Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno hingga Dirut PT KAI (Persero) Didiek Hartantyo. Joint Venture itu terdiri dari PT Jakarta Tourisindo (Jakarta Experience Board), PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero), dan PT Moda Integrasi Transportasi Jabodetabek (MITJ). 

"Sepanjang acara, saya tergelitik dengan tulisan Batavia di sebelah podium ini. Mengapa tidak nama Kota Tua kita kembalikan menjadi Batavia? Batavia mempunyai sejarah panjang," kata Anies.

Anies mengatakan, bila menelusuri kata Batavia dalam mesin pencarian Google, maka akan menampilkan berbagai link yang menarik. Bahkan, dia berujar, link tersebut ditulis dengan menggunakan macam-macam bahasa, seperti Indonesia, Inggris, hingga Belanda.

"Berlatar abad 16-18, yang menggambarkan bahwa Batavia adalah sesuatu banget. Silahkan nanti tim JV melakukan sesuatu dan memutuskan," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement