REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih cukup tinggi. Selama periode pengamatan 23-29 April 2021, guguran awan panas terjadi 12 kali dengan jarak luncur teramati sejauh 2.000 meter ke arah barat daya dan 700 meter ke arah tenggara.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Hanik Humaida mengatakan, amplitudo awan panas maksimal 58 milimeter, durasi 163 detik. Guguran lava 113 kali berjarak luncur maksimal 2.000 meter ke barat daya.
"Volume kubah lava sektor barat daya 1.141.850 meter kubik dengan laju pertumbuhan 11.900 meter kubik per hari. Analisis morfologi area puncak pada 28 April terhadap 22 April menunjukkan volume kubah tengah yaitu sebesar 1.794.000 meter kubik," kata Hanik, Jumat (30/4).
Cuaca di sekitar Merapi umumnya cerah pada pagi dan malam hari, sedangkan siang dan sore berkabut. Asap berwarna putih, ketebalan tipis-tebal bertekanan lemah. Tinggi asap maksimum 450 meter teramati dari Pos PGM Ngepos pada 26 April 2021.
Tercatat pula 11 kali gempa vulkanik dangkal (VTB), 102 kali gempa fase banyak (MP), 992 kali gempa guguran (RF), 16 kali hembusan (DG) dan enam kali gempa Tektonik (TT). Intensitas kegempaan pekan ini relatif sama dengan pekan lalu.
Deformasi yang dipantau menggunakan EDM pada pekan ini menunjukkan laju pemendekan jarak sebesar 0,5 centimeter per hari. Terjadi hujan berintensitas curah hujan ringan tiga milimeter per jam selama 70 menit di Pos PGM Babadan pada 27 April.
"Tidak dilaporkan terjadi lahar maupun penambahan aliran di sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi," ujar Hanik.
Status masih siaga II. Potensi bahaya berupa guguran lava dan awan panas di sektor selatan-barat daya meliputi Sungai Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng dan Putih maksimal lima kilometer dan tenggara yaitu Sungai Gendol sejauh tiga kilometer.
Lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif menjangkau radius tiga kilometer dari puncak. Karenanya, masyarakat diminta tidak berkegiatan apapun di daerah potensi bahaya dan mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan.
Penambangan di alur sungai yang berhulu di Merapi dalam KRB III direkomendasikan untuk dihentikan. Pelaku wisata direkomendasikan untuk tidak melakukan kegiatan di daerah potensi bahaya dan bukaan kawah sejauh lima kilometer dari puncak.
"Jika terjadi perubahan aktivitas Gunung Merapi yang signifikan, maka status aktivitas G. Merapi akan segera ditinjau kembali," kata Hanik.