REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Di medsos banyak beredar cerita tentang orang yang sudah vaksinasi tapi tetap positif Covid-19. Benarkah vaksin Covid-19 tidak efektif?.
Ekonom Indef yang saat ini fokus melakukan kajian terhadap covid-19 dari sisi ekonomi, Dradjad Wibowo mengatakan, cerita seperti ini akan menimbulkan persepsi negatif terhadap vaksinasi. Jika persepsi ini dibiarkan, cakupan vaksinasi berisiko jauh di bawah level herd immunity.
"Peluang ekonomi dan bisnis dari vaksinasi bisa redup atau bahkan hilang,” kata Dradjad, Jumat (30/4).
Karena itu, menurut Dradjad, edukasi publik soal vaksin ini harus maksimal. Dikatakannya, pertama, masyarakat perlu diedukasi sesering mungkin bahwa imunitas dari vaksin muncul paling cepat 14-28 hari setelah suntikan kedua.
“Kedua, memang akan ada sebagian kecil penerima vaksin yang sangat lambat/gagal memiliki imunitas. Ketiga, imunitas itu tidak bertahan tahunan,” ungkap Ketua Dewan Pakar PAN ini.
Dradjad mengatakan penjelasan ini berdasar serokonversi CoronaVac yang dilaporkan oleh Prof. Yanjun Zhang et al dalam “Safety, tolerability, and immunogenicity of an inactivated SARS-CoV-2 vaccine in healthy adults aged 18-59 years: a randomized, double-blind, placebo-controlled, phase 1/2 clinical trial” (The Lancet Infectious Diseases, 17/11/2020).
"Serokonversi adalah periode di mana badan kita mulai memproduksi antibodi pada level yang bisa dideteksi. Untuk butir ketiga, rujukannya dari konsensus ilmiah yang ada sekarang,” jelas Dradjad.