Sabtu 01 May 2021 07:40 WIB

Tiga Hal Penyebab Hilangnya Toleransi di Masyarakat

Pemahaman agama kurang pas, meneladani sosok yang tak tepat, dan lingkungan.

Rep: Inas Widyanuratikah / Red: Ratna Puspita
Toleransi (ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
Toleransi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Plt. Kepala Pusat Penelitian Kebijakan Balitbangbuk Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Irsyad Zamjani mengatakan saat ini masih ada sebagian masyarakat Indonesia yang tidak toleran. Menurutnya, setidaknya terdapat tiga hal yang menyebabkan hilangnya toleransi.

Pertama, adalah pemahaman tentang agama yang kurang pas. "Yang terlalu tekstual, katakanlah. Sehingga, menganggap apa yang tertulis dalam kitab suci itu secara serta merta diterapkan," kata Irsyad, dalam diskusi daring Menyemai Toleransi di Bangku Sekolah, Jumat (30/4). 

Baca Juga

Ia mengatakan, apa yang dituliskan di dalam kitab suci sebuah agama, perlu kepakaran tertentu untuk menginterpretasikan maksudnya. Ada prosedur-prosedur ilmiah tertentu secara keagamaan yang harus dipenuhi sampai bisa menghasilkan sebuah interpretasi yang sah. 

Selain itu, toleransi bisa hilang karena meneladani seseorang yang tidak tepat. Seseorang yang dianggap lebih paham mengenai nilai-nilai agama dicontoh, padahal sebenarnya ada hal yang salah. 

"Jadi kalau orang-orang yang dianggap punya otoritas itu punya praktik kebudayaan atau keagamaan yang tidak pas, tentu saja dia memberikan keteladanan yang kurang baik," kata Irsyad menjelaskan. 

Ia berpendapat, keteladanan itu sangat penting dalam memiliki rasa toleransi. Apalagi di dalam masyarakat yang masih sangat mengikuti sosok atau figur keagamaan atau kebudayaan tertentu. 

Hal terakhir yang menyebabkan hilangnya toleransi adalah lingkungan sosial, budaya dan politik. Diskursus-diskursus yang berkembang di media sosial, misalnya, juga akan mempengaruhi bagaimana seseorang berperilaku dan memahami sesuatu. 

Irsyad berpendapat, untuk menangani intoleransi, perlu ada ekosistem yang kuat untuk meningkatkan toleransi. Ia mengatakan, melalui sekolah nilai-nilai toleransi bisa ditanamkan. 

"Melalui pendidikan, melalui bangku sekolah, segalanya bisa kita mulai. Melalui sekolah kita bisa mengajarkan materi-materi keagamaan, atau kebudayaan yang kontekstual," kata Irsyad

Selain itu, perlu juga didorong agar para tokoh-tokoh keagamaan dan kebudayaan memberikan teladan yang baik. Perlu ada sebuah dorongan agar lingkungan sosial, budaya, dan politik memiliki nilai positif yang mendorong munculnya semangat dan nilai-nilai toleransi serta keberagaman. 

"Guru-guru juga bisa didorong menjadi teladan yang dicontoh oleh siswanya sehingga mereka punya pemahaman yang toleran. Melalui sekolah, kita bisa membangun iklim sekolah yang memfasilitasi siswa untuk punya pemahaman yang toleran," ujar Irsyad. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement