Sabtu 01 May 2021 13:06 WIB

Angkatan Bersenjata Chad Mengaku Sudah Usir Pemberontak

Dewan Militer mengeklaim baku tembak menewaskan ratusan pemberontak.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
Petugas polisi berpatroli di jalan setelah protes di N
Foto: AP/Sunday Alamba
Petugas polisi berpatroli di jalan setelah protes di N

REPUBLIKA.CO.ID, N'DJAMENA -- Dewan militer Chad yang berkuasa mengatakan enam tentara tewas dalam pertempuran dekat Kota Nokou. Mereka mengatakan, baku tembak itu menewaskan ratusan pemberontak dan 60 lainnya ditangkap.

Pertempuran terjadi pada Kamis (29/4) dekat Nokou yang sekitar 20 kilometer dari lokasi mantan Presiden Idriss Deby ditembak hingga tewas pada bulan April lalu. Peristiwa yang membawa Chad ke krisis.

Baca Juga

Dewan militer mengatakan sudah berhasil mengusir pemberontak yang bergerak ke arah Nokou. Sekitar 22 orang tentaranya terluka dalam bentrokan tersebut.

"Pencarian buronan terakhir masih berlanjut," kata dewan dalam pernyataanya, Sabtu (1/5).

Belum ada komentar dari pihak pemberontak. Dewan militer dipimpin putra Deby, Mahamat Idriss Deby yang merebut kekuasan usai ayahnya meninggal pada 19 April lalu dan berjanji menggelar pemilu dalam 18 bulan.

Pemberontak yang berada di utara Chad menolak rencana tersebut. Mereka terus bertempur melawan angkatan bersenjata di gurun. Transisi kekuasaan dan gejolak di negara Afrika tengah itu dipantau dengan seksama. Chad sekutu lama negara-negara Barat dalam memerangi teroris dan pemberontak di sepanjang Sahel.

Pada Kamis lalu kelompok yang mengaku koalisi pemberontak mengatakan mereka telah mengusir pasukan Chad di barat laut Tibesti, perbatasan Chad-Niger. Juru bicara militer Azem Bermendao Agouna mengatakan pernyataan itu tidak benar dan tidak ada pemberontak yang beroperasi di wilayah tersebut.

Deby terbunuh saat mengunjungi pasukan yang bertempur melawan pembelot kelompok Front for Change and Concord in Chad (FACT) yang telah melawan pemerintah selama 30 tahun. Politisi oposisi mengecam langkah dewan militer mengambil alih kekuasaan presiden sebagai kudeta.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement