Ahad 02 May 2021 03:23 WIB

Ini Penyebab Munculnya Klaster Perkantoran Menurut IDI

AC sentral hingga interaksi karyawan jadi sejumlah penyebab klaster perkantoran.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Indira Rezkisari
Gedung perkantoran di Jakarta. Beberapa waktu terakhir klaster perkantoran kembali marak terjadi di Jakarta.
Foto: EPA-EFE/MAST IRHAM
Gedung perkantoran di Jakarta. Beberapa waktu terakhir klaster perkantoran kembali marak terjadi di Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Klaster perkantoran kembali ditemukan di Jakarta. Pengurus Besar (PB) Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menilai peningkatan kasus Covid-19 di kantor dipengaruhi oleh beberapa hal.

Anggota Dewan Pertimbangan PB IDI, Zaenal Abidin, menjelaskan, peningkatan kasus Covid-19 di perkantoran atau tempat kerja dipengaruhi oleh kondisi perkotaan yang padatnya penduduk, dengan beragam aktivitas serta interaksi. "Seperti aktivitas dan lobi politik, aktivitas bisnis, ngobrol dan makan bersama, aktivitas transportasi, dan lain-lain. Kemudian sebagian besar aktivitas tersebut berlangsung di dalam gedung atau ruang tertutup/ada pendingin udara (AC)," ujarnya saat mengisi diskusi virtual Gerakan Masyarakat Sadar Gizi bertema 'Kontroversi Mudik Lebaran Saat Covid-19 Belum Pensiun', Sabtu (1/5).

Baca Juga

Ia menambahkan, sebagian dari gedung ber AC tersebut menggunakan AC sentral. Akibatnya, bila ada satu orang positif Covid-19 maka semua orang yang berada di dalam gedung itu berisiko tertular melalui udara.

Pria yang juga Ketua Umum IDI periode 2012-2015 tersebut mengakui sudah banyak pihak yang memberi anjuran agar pengelola gedung perkantoran dan pusat perbelanjaan membuat protokol Covid-19. Seperti mengurangi penggunaan AC terutama AC sentral, mengurangi jam kerja atau jam buka kantor, membatasi jumlah penghuni atau pengunjung.

Anjuran lain adalah efektifkan pemakaian masker, perbanyak tempat cuci tangan dengan air mengalir dan sabun, gedung dan ruangan dilengkap dengan sistem exhaust, dilakukan pengaturan dan kelembaban ruangan dan sebagainya.

"Namun, anjuran tersebut belum banyak dilaksanakan. Salah satu alasannya karena gedungnya telah didesain menggunakan AC sentral," ujarnya.

Ia menambahkan, interaksi manusia yang silih berganti di perkantoran dalam jangka lebih 15 menit ditambah euforia vaksinasi merasa sudah kebal serta abai terhadap protokol kesehatan, merupakan pintu terbuka bagi penularan Covid-19 di perkantoran. Belum lagi nanti bila Indonesia tidak berhasil mengatasi varian baru dari India, tentu akan lebih menambah kerumitan dalam pengendalian pandemi Covid-19 di perkotaan.

Kemudian orang yang berkantor atau orang silih berganti bertemu di kantor, sebetulnya asalnya dari rumah tangga dan pemukiman juga. Dalam kesehariannya, dia melanjutkan, mereka menuju ke kantor dengan menggunakan sarana transportasi. Sebaliknya, dia menambahkan, dari kantor menuju ke rumah dan pemukiman juga menggunakan sarana transportasi.

"Jadi, bila ada klaster perkantoran maka tidak menutup kemungkinan terbentuk pula klaster rumah tangga, pemukiman, dan transportasi," ujarnya.

Kendati demikian, dia melanjutkan, klaster perkantoran dapat saja berasal dari internal atau di dalam gedung itu sendiri atau dari kegiatan sosial pada saat karyawan istirahat atau makan siang. Artinya, dia melamjutkan, bila kebetulan orang perkantoran dan anggota keluarganya kebetulan termasuk klaster perkantoran maka ketika mudik lebaran sangat berpotensi menularkan sepanjang perjalanan. Ia mengakui, tentu ini bisa menularkan selama berada di kampung halaman dan juga berpotensi saling menulari di kampung, yang berakibat memunculnya klaster Lebaran.

"Jadilah lebaran Idul Fitri, hari raya umat Islam tertuduh sebagai penyumbang meningkatnya kasus Covid-19 di daerah maupun nasional. Hal yang tentu tidak diinginkan bersama," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement