REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -– PT Sasa Inti berhasil meraih 1 juta dukungan dalam petisi Gerakan Indonesia Lebih Sehat bersama Sasa Tepung Bumbu Bervitamin. Gerakan ini dicanangkan untuk mengajak seluruh komponen masyarakat Indonesia untuk mewujudkan Indonesia yang lebih sehat.
Ini merupakan wujud nyata dan dukungan Sasa dalam upaya mengakhiri kondisi malnutrisi pada masyarakat Indonesia dalam upaya pencapaian Indonesia Emas 2045.
Sebagai tindak lanjut Petisi Gerakan Indonesia Lebih Sehat bersama Sasa Tepung Bumbu Bervitamin, Sasa mendonasikan Rp 200 juta kepada Rotary Club yang bergerak untuk pemberantasan stunting.
Sasa yang diwakili oleh Florentina Panji selaku Consumers Acquisition & Retention Manager dan Rida Atmiyanti selaku Head of Stakeholder Relation menyerahkan donasi kepada Rotary International Distric 3410 Indonesia Western Part, Roziana W. Wiguna pada Kamis (29/4) di Jakarta.
Donasi tersebut akan dipergunakan oleh Rotary Club untuk menekan angka stunting dengan menjalankan Program Kampanye Pencegahan Stunting. Program yang bertajuk Ayo Cegah Stunting tersebut menjalankan pembelajaran kepada orang dewasa dan bekerjasama dengan 100 Posyandu serta PAUD untuk menyampaikan pesan media pencegahan stunting.
“Satu juta suara untuk Gerakan Indonesia Lebih Sehat meyakinkan Sasa Tepung Bumbu Bervitamin untuk terus berinovasi untuk kebaikan bangsa. Kami sangat berterima kasih juga kepada seluruh konsumen Indonesia yang sudah beralih menggunakan tepung bumbu bervitamin hingga akhirnya kepercayaan ini berbuah penghargaan seperti Tepung Bumbu Fortifikasi Pertama di Indonesia dari TransCo Media dan Top CSR Award untuk kategori Inovasi Produk dari Top Business," kata Albert Dinata, Marketing Director, Consumer Acquisition & Retention Sasa dalam rilisnya, Sabtu (1/5).
Menurut World Health Organization (WHO), stunting merupakan kegagalan pertumbuhan dan perkembangan, yang dialami anak-anak akibat asupan gizi yang tidak mencukupi dalam jangka waktu yang lama. Anak-anak yang mengalami stunting, terutama pada usia dini, juga dapat mengalami keterbelakangan pada organ lain, termasuk otak.
Pada tahun 2013, sekitar 37 persen atau 9 juta anak balita di Indonesia mengalami stunting. Hal ini membuat Indonesia menjadi negara keempat dengan angka stunting tertinggi di dunia. Kemudian dari 10 Negara ASEAN, Indonesia menempati urutan ketiga dengan angka stunting tertinggi.
Menurut Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan 2019, angka prevalensi anak pendek di bawah 5 tahun di Indonesia mencapai 27,7 persen. Artinya, 28 dari 100 anak hidup dengan masalah ini. Diperkirakan setiap dolar AS yang dihabiskan untuk mengurangi stunting akan menghasilkan keuntungan ekonomi sebesar 48 dolar AS.
Dalam keadaan normal tanpa pandemi saja, tidak semua kalangan masyarakat dapat memenuhi asupan makanan yang bergizi dan bervitamin, selain karena tingkat edukasi yang rendah juga karena keadaan ekonomi masyarakat yang tidak merata. Hal ini menjadi penyebab mengapa angka stunting di Indonesia tergolong cukup tinggi.
Pada masa pandemi, usaha seseorang untuk menjaga kesehatan dengan menjaga asupan makanan yang bergizi dan bervitamin menjadi semakin sulit, yang tentu saja semakin memperburuk angka stunting di Indonesia.
PT Sasa Inti mengambil peran dalam edukasi masyarakat mengenai pentingnya proses olah dan pemilihan kandungan nutrisi yang baik pada makanan. Hal ini tak mudah dilakukan bagi beberapa kalangan masyarakat yang lebih familiar dengan mengkonsumsi makanan untuk mengenyangkan, salah satunya gorengan yang mudah ditemui dimana saja.
Albert menuturkan, sebagai salah satu bahan gorengan Sasa Tepung Bumbu Bervitamin sudah mendapatkan sertifikasi dari BPOM. “Kandungan vitamin dan mineral pada Sasa Tepung Bumbu Bervitamin tidak hilang bahkan setelah proses penggorengan. Dengan opsi gorengan yang lebih sehat tentunya dapat meningkatkan kesehatan. Ini sesuai dengan misi Sasa yakni Bring Happiness via Simply Prepared Healthier and Delicious Food.” paparnya.