REPUBLIKA.CO.ID, TEHRAN—Iran memiliki budaya unik saat datangnya bulan suci Ramadhan. Tradisi yang disebut ‘Ramazunike’, jika diterjemahkan berarti ‘Membaca Ramadhan’, merupakan budaya yang secara turun-temurun terus dilakukan oleh Muslim di Provinsi Sistan dan Baluchestan.
Tradisi tersebut dikatakan memiliki sejarah lebih dari 1400 tahun, tahun-tahun awal Islam. Tradisi yang biasanya masih kental di daerah-daerah perdesaan ini merupakan budaya dimana sekelompok orang, terdiri dari pemuda dan beberapa tetua, berkeliling ke pintu-pintu warga desa dan membacakan puisi Islami.
Kelompok yang biasanya berkekeling desa setelah adzan magrib itu biasanya akan diberikan bahan makanan seperti kurma, biji-bijian, tepung, atau uang oleh warga yang mereka kunjungi rumahnya. Bantuan tersebut nantinya akan didistribusikan kepada yang membutuhkan.
“Ramadhan telah tiba, korbankan sapi dan anak sapi untuk itu. Tuan Rumah Ramadhan Tuhan… Ramadhan terkenal. Tuhan mencintai para tamu dan membuka pintu belas kasih dengan kedatangannya,” bunyi terjemahan dari bagian puisi lama yang dibacakan.
Tradisi dimulai dari malam pertama Ramadhan dan berhenti sebelum malam ke-19, malam ketika Imam Syiah pertama, Ali bin Abi Thalib AS dibunuh dengan pedang beracun. Tradisi yang sama juga terlihat di daerah lain di Iran timur, termasuk di provinsi Khorasan Selatan. Tradisi tersebut terdaftar dalam warisan budaya takbenda negara itu pada tahun 2011.