Ahad 02 May 2021 18:29 WIB

Hardiknas Momen Suarakan Pendidikan Inklusif-Sekolah Aman

1 dari 5 ruang kelas SD Negeri di Indonesia rusak, rawan roboh, lembab, dan berdebu. 

[Ilustrasi] Sejumlah siswa SD menaiki rakit bambu saat menyeberangi sungai usai pulang sekolah di Desa Siron Krueng, Kabupaten Aceh Besar, Aceh.
Foto: ANTARA/Ampelsa
[Ilustrasi] Sejumlah siswa SD menaiki rakit bambu saat menyeberangi sungai usai pulang sekolah di Desa Siron Krueng, Kabupaten Aceh Besar, Aceh.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Yayasan Penguatan Partisipasi, Inisiatif, dan Kemitraan Masyarakat (YAPPIKA-ActionAid) mengatakan Hari Pendidikan Nasional merupakan momen untuk menyuarakan pendidikan inklusif. Selain itu, momen mewujudkan sekolah aman bagi para pelajar di Indonesia. 

"Rangkaian kegiatan yang diselenggarakan dalam rangka memperingati Hardiknas ini saya harapkan dapat dimanfaatkan secara maksimal sebagai ajang pembelajaran dan sarana diskusi yang berkualitas untuk mempromosikan tata kelola dan akuntabilitas yang baik di sektor pendidikan di Indonesia, melalui keterlibatan masyarakat sipil yang aktif dalam proses pembangunan publik," kata Direktur Eksekutif YAPPIKA-ActionAid Fransisca Fitri dalam seminar daring, Ahad (2/5).

Baca Juga

Menurut data hasil penelitian YAPPIKA-ActionAid di enam kabupaten/kota, hampir 250 ribu atau 1 dari 5 ruang kelas SD Negeri di Indonesia dalam kondisi rusak, rawan roboh, lembab, dan berdebu. Kondisi ini menempatkan 1 dari 5 anak SD setiap hari terancam bahaya belajar di ruang kelas yang rusak. 

Data yang diolah dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga menunjukkan bahwa setidaknya ada 150 ribu SD berada di kawasan rawan bencana. Sebanyak 36 persen SD Negeri di Indonesia juga tercatat tidak punya toilet yang layak.

"Dengan dukungan penuh para mitra kerja kami di daerah, Uni Eropa serta dukungan korporasi dan dana publik, 5.362 anak-anak di 92 sekolah dampingan sudah merasakan fasilitas pendidikan yang lebih baik dan bisa belajar dengan nyaman di kelas. Namun begitu, perjuangan masih panjang karena masih ada ribuan sekolah dengan kondisi tidak layak," kata Fransisca.

YAPPIKA-ActionAid pun menyelenggarakan rangkaian kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan publik mengenai pendidikan inklusif. Kegiatan yang dilaksanakan adalah diskusi publik secara daring, pameran virtual dan talkshow TV yang bertujuan untuk menginformasikan capaian kerja-kerja advokasi YAPPIKA-ActionAid bersama mitra-mitra di berbagai daerah.

Rangkaian kegiatan berlangsung mulai 24 April 2021 untuk pameran virtual, dilanjutkan dengan diskusi publik secara daring pada tanggal 1 dan 2 Mei 2021 melalui saluran Zoom. Pameran virtual sebagai pembuka rangkaian kegiatan akan menampilkan foto-foto kondisi sekolah di 6 wilayah kerja YAPPIKA-ActionAid, yaitu Kabupaten Kupang dan Sumba Barat di Nusa Tenggara Timur, Kabupaten Bima di Nusa Tenggara Barat, Kabupaten Pandeglang dan Serang di Banten, Kabupaten Bogor di Jawa Barat, dan Kabupaten Sambas di Kalimantan Barat.

Pameran foto akan memotret kondisi sekolah sebelum pendampingan pelaksanaan program dan pasca ketika pendampingan program berjalan, serta keterlibatan aktif anggota komunitas sekolah. Pameran virtual akan berlangsung hingga 1 November 2021.

Selain itu, rangkaian kegiatan ini juga ditujukan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat umum agar turut peduli dan secara nyata membantu mewujudkan pendidikan inklusif melalui berbagai kegiatan penggalangan dana. Salah satu kegiatan yang telah berlangsung adalah event virtual ride bertajuk Ride 4 Change. 

Masyarakat dapat memberikan dukungan nyata untuk membantu dengan bersepeda. Ride 4 Change ini sendiri telah dibuka pendaftarannya hingga 30 Mei 2021.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement