REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Antrean panjang penumpang terpantau di loket tes Genose Covid-19 di Stasiun Senen, Jakarta Pusat, Ahad (2/5). Salah satu penyebabnya adalah kebijakan PT. KAI yang mengharuskan penumpang menyertakan surat negatif Covid-19 dengan masa berlaku 1x24 jam.
Pengguna dapat memilih salah satu jenis pemeriksaan yakni PCR, Genose Tes atau Rapid Antigen. Sejumlah penumpang yang antre di loket tes Genose pada hari ini mengaku akan berangkat esok hari dan sengaja melakukan tes hari ini karena tidak ingin tertinggal kereta akibat terjebak antrian.
Salah satunya adalah Santi (17) yang akan pulang kampung ke Blitar dengan kereta pagi pada Senin. "Saya berangkat besok ke Blitar, tapi sengaja tes Genose hari ini, kalau besok takut panjang antrenya, jadi mendingan sekarang saja," ujarnya.
Dia juga mengaku rela antre panjang karena biaya tes Genose yang hanya Rp 30 ribu lebih terjangkau dibanding tes usap antigen. Hal Senada diucapkan Helmiari (20) yang akan mudik ke Tuban, Jawa Timur dengan kereta malam. "Berangkat malam. Lebih murah kalau Genose cuma Rp 30 ribu, tidak masalahlah kalau harus antrie, yang peting terjangkau," tuturnya.
Meski demikian hal berbeda disampaikan Sudirman (40). Pria yanga akan mudik ke Surabaya ini lebih memilih melakukan rapid antigen di luar karena kasihan istrinya dan anak yang masih balita kalau harus antre panjang. "(Tes usap) di luar saja biar tidak antre, soalnya saya bawa anak dan istri," katanya.
PT KAI menegaskan tidak menambah jumlah perjalanan kereta api (KA) jarak jauh dengan keberangkatan dari Jakarta, baik Stasiun Pasar Senen maupun Stasiun Gambir menjelang masa larangan mudik pada 6-17 Mei 2021. Kahumas PT KAI Daop 1 Jakarta Eva Chairunisa di Jakarta, Sabtu, mengatakan hingga kini tiket perjalanan untuk 6-17 Mei 2021 belum dijual atau belum dapat dilakukan pemesanan. Hal itu ini merupakan bentuk dukungan PT KAI terhadap langkah pemerintah dalam penanganan Covid-19 melalui larangan mudik.
"Sejak pekan lalu hingga kini jumlah perjalanan pada masa pandemi tidak mengalami penambahan," kata Eva. Ia juga mengatakan, ketentuan penerapan protokol kesehatan dan pembatasan volume penumpang dengan kuota maksimal 70 persen tetap diberlakukan untuk seluruh rangkaian yang berangkat.