REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Satu tahun terakhir, istilah nonfungible token atau (NFT) makin sering terdengar. Saat ini, NFT menjadi bagian dari dunia kripto dan menyasar para kolektor seni, musikus, olahraga, dan pastinya para pecinta gaming.
Belum lama ini, lukisan milik Denny JA yang diberi judul: 'A Portrait of Denny JA: 40 Years in the World of Ideas’, terjual dengan harga Rp 1 milar. Ini menjadi catatan pertama sebuah karya NFT di Indonesia yang laku terjual dengan harga setinggi itu.
Tak hanya terbatas pada dunia seni, NFT kini juga telah membuka peluang baru bagi para musikus. Pemanfaatan teknologi blockchain akan dapat meningkatkan aliran pendapatan, distribusi desentralisasi yang independen, dan peluang untuk hubungan artis-penggemar yang lebih dekat daripada sebelumnya.
Beberapa tahun yang lalu, CryptoJingles, yang berbasis di Republik Serbia, membuat token suara NFT yang dapat dicampur dan dipadukan untuk membuat lagu NFT yang unik. NFT pun membuka banyak peluang lain yang belum pernah ada sebelumnya.
Salah satunya, tentang hak cipta digital. Dengan diperkenalkannya blockchain di industri musik, artis yang merilis musik di blockchain akan dibayar per streaming. Ketentuan ini dapat diaplikasikan melalui kontrak pintar yang aman secara kriptografi dan tidak dapat diubah.
Dengan pembayaran yang dilakukan dalam setiap stream, musikus akan memiliki modal untuk berinvestasi lebih jauh dalam karier mereka. Opsi baru yang menarik lainnya dengan penggunaan blockchain dalam industri musik, adalah kepemilikan bersama atas musik tersebut.
Dengan konsep distribusi yang terdesentralisasi, peran dari perantara menjadi tidak relevan. Dalam hal ini, label rekaman dan perusahaan distribusi bisa mengambil lebih dari 80 persen keuntungan artis.
Para artis pun dibayar secara adil dan menerima sekitar 87 persen keuntungan untuk streaming dan layanan mereka. Pada September 2019, Warner Music juga telah berinvestasi dalam proyek terkait blockchain untuk pertama kalinya.
Blockchain Flow dirancang sebagai platform bagi pengem bang untuk membuat barang dagangan NFT digital, aplikasi terdesentralisasi (dApps), gim, dan aset digital tokenized. Jaringan Flow saat ini telah digunakan oleh merek global, seperti UFC dan NBA, untuk menciptakan berbagai koleksi digital.
"Bitcoin dan Ethereum menunjukkan bagaimana kripto dapat membuat dunia keuangan lebih terbuka dan transparan. Flow akan melakukan hal yang sama untuk konsumen hiburan dan budaya," kata kepala eksekutif Dapper Labs, Roham Gharegozlou.
Industri musik, tentu juga tak bisa dilepaskan dari pertunjukan. Sentuhan blockchain juga dapat merevolusi industri pertunjukkan musik di masa mendatang. Tiket konser digital, akan menawarkan pengalaman membeli yang lebih mudah dari sudut penggemar dan transisi yang lebih halus bagi para artis dibandingkan dengan mencetak, menjual, dan memasang tiket konser fisik.
Dengan blockchain artis akan dapat memberi penggemar file rahasia edisi terbatas yang dapat dibuka menggunakan NFT. NFT dapat diprogram untuk dibuka kuncinya setelah jumlah stream terpenuhi atau interaksi artis lainnya.
Hanya pemilik NFT atau artis yang memenuhi syarat yang bisa mengakses file di balik setiap rilis. Ini juga memungkinkan artis untuk memiliki kendali penuh atas keterlibatan materi dengan para penggemar.