REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar Siber dan Pengamat Media Sosial Kun Arief Cahyantoro menilai bahwa kebocoran data pribadi pengguna marketplace atau media sosial umumnya terjadi karena kekurangpahaman pemilik perangkat seluler.
Baru-baru ini, informasi pribadi mengenai Munarman eks FPI telah beredar di Twitter. Informasi yang beredar adalah riwayat pemesanan hotel dari Traveloka.
Berdasarkan informasi terbaru melalui salah satu sumber di media sosial pada Sabtu (1/5) dari seseorang yang mengaku sebagai pelaku pengambil/ penyebar data tersebut, dia menyatakan bahwa ini bukan kebocoran data pengguna Traveloka, tetapi data-data tersebut diambil melalui email milik Lily Sofia, istri Munarman.
Kun menjelaskan, pengambilan data tersebut bisa dilakukan karena pelaku tahu email Lily Sofia dan masuk kedalam dengan password yang ternyata mudah tertebak. "Menurut saya, hipotesa pengambilan data melalui drive email inilah, yang memiliki kemungkinan terbesar." ujar Arief kepada Republika.co.id, Ahad (2/5).
Terkait dengan seringnya data pribadi yang bocor, menurut Kun, ada beberapa hal yang perlu dipahami oleh masyarakat umum. Pertama, keamanan email saat ini adalah "lebih penting" daripada nomor kontak ataupun data pribadi lainnya.
Kedua, sistem operasi perangkat seluler memiliki fungsi yang secara otomatis menjadikan drive dari email sebagai 'backup' dari isi perangkat seluler (dari kontak, foto, video, data, dll). "Sebagai akibatnya, jika ada orang yang bisa masuk kedalam email milik orang lain, maka semua data-data milik orang lain tersebut akan bisa diambil." kata Arief.
Ia juga menilai, belum disahkannya UU Perlindungan Data Pribadi, bukan menjadi dasar atau alasan bahwa kejadian pencurian data pribadi akan sering terjadi.
Menurutnya, kekurangpahaman pemilik perangkat seluler yang menjadi penyebabnya. Umumnya, orang hanya tahu menggunakan, tetapi tidak paham dengan sisi keamanan terutama risiko-risiko dari penggunaan perangkat seluler tersebut.
"Jika orang paham dengan risiko- risiko yang mungkin muncul, mereka akan belajar untuk meminimalisir risiko hingga melakukan mitigasi ketika resiko tsb muncul." kata Arief.