REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini perihal potensi hujan lebat disertai kilat dan angin kencang yang dapat terjadi di sejumlah provinsi di Indonesia, Selasa (4/5).
Dalam peringatan dini cuaca, BMKG memprakirakan wilayah yang berpotensi mengalami hujan lebat disertai petir dan angin kencang seperti di Aceh, Bangka Belitung, Banten, Bengkulu, DKI Jakarta, Gorontalo, Jawa Barat. Kemudian Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Lampung, Maluku, Nusa Tenggara Barat, Papua, Papua Barat, Riau.
Pun demikian di Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Sumatra Barat, Sumatra Selatan, dan Sumatra Utara. Khusus di wilayah DKI Jakarta, BMKG memprediksi potensi hujan disertai kilat dan angin kencang dengan durasi singkat di wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur pada siang dan menjelang malam hari.
Sementara di Jawa Barat berpotensi hujan disertai petir dan angin kencang berpotensi terjadi di Bogor, Kota Depok, Kabupaten Sukabumi, Kota Sukabumi, Cianjur, Kab/kota Bekasi, Karawang, Purwakarta, Bandung Barat, dan Cimahi. Sebelumnya, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan lembaganya hingga kini masih menghadapi tantangan terkait upaya penyebaran informasi peringatan dini agar masyarakat lebih waspada.
Dwikorita mengatakan peringatan dini yang dikeluarkan tidak selalu menarik maupun mendapat perhatian masyarakat, contohnya saat mengeluarkan peringatan dini dampak Siklon Tropis Seroja. "Ada pakar sosial media yang menganalisis saat peringatan dini dikeluarkan, menjadi tren yang naik. Tapi kemudian kalah dengan trendingnya, jadi peringatan dini dianggap tidak menarik," kata Dwikorita.
BMKG juga menyatakan dampak perubahan iklim global terhadap La Nina menyebabkan frekuensi cuaca ekstrem di Indonesia terjadi makin sering. "Dampak perubahan iklim ini kami proyeksikan sampai akhir abad ke-21, di mana kondisi ekstrem saat musim hujan itu akan semakin basah, dan apabila kemarau pun akan semakin kering dan frekuensi kejadian periode ulangnya semakin pendek dan intensitasnya tinggi," kata dia.
Peringatan dini setiap tiga harian mengalami lonjakan sejak 2016, mencapai 730 kali dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya sekitar 100 kali. Sementara di 2017, peringatan dini setiap tiga hari meningkat hampir tujuh kali dari tahun sebelumnya.