REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Setiap negara memiliki panjang puasa yang berbeda berdasarkan lokasi dan waktu sholatnya. Tak terkecuali di seluruh negara di benua Australia.
Alumnus Hukum Keluarga Islam (HKI) UMM, Septifa Leliano Ceria saat ini tengah sibuk menyelesaikan pendidikan magister di bidang Islamic Studies. Meskipun demikian, dia tidak ragu untuk berbagi kisah tentang Ramadhannya di Canberra, Australia.
Perempuan disapa Ano ini mengatakan, durasi puasa yang harus dilewatinya sekitar 11 hingga 12 jam. Durasi puasa akan semakin pendek jika sudah memasuki musim dingin. "Tapi tidak jauh berbeda dengan Indonesia. Lebih cepat Canberra satu sampai dua jam dan semakin cepat pula saat musim dingin,” kata mahasiswi Australia National University ini dalam pesan resmi yang diterima Republika, Senin (3/5).
Setelah hampir dua tahun di Canberra, Ano merasakan banyak hal yang berbeda saat menjalankan ibadah puasa. Selain dari segi ibadah, juga dalam hal menjaga kondisi kesehatan di tengah Ramadhan.
Ano mengatakan sangat terbantu dengan beberapa warga Indonesia yang tinggal di Canberra. Ia bisa menemui kegiatan pengajian dan buka bersama dengan cukup mudah. Berbeda dengan Canberra, Sidney dan Melbourne justru lebih banyak masyarakat Muslimnya.
Mengenai ibadah, Ano mengaku sangat kagum dengan tingkat toleransi di 'Negeri Kangguru' tersebut. Suatu ketika, ia pernah kebingungan mencari tempat untuk sholat karena lokasi yang biasanya digunakan saat itu sedang ramai. Untungnya, Ano dibantu oleh staf perpustakaan di ANU untuk menggunakan bilik kantornya sebagai tempat menjalankan ibadah salat.
Menurut Ano, tidak ada larangan kegiatan ibadah di Canberra, Australia . Hanya agak sulit mencari tempat yang memenuhi syarat untuk melaksanakan sholat.