REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING — Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan jumlah kasus infeksi Covid-19 telah meningkat secara global selama sembilan pekan berturut-turut. Demikian pula dengan jumlah kematian akibat penyakit wabah ini di tengah lonjakan kasus di India.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom mengatakan COVAX, program berbagi vaksin global, masih menjadi peluang terbaik bagi banyak negara berpenghasilan rendah untuk mengatasi pandemi Covid-19. Namun, situasi wabah di India yang memburuk mengancam pasokan vaksin ini.
"Kami memiliki masalah dengan pasokan dari India. Kami memiliki masalah dengan produsen vaksin yang berbeda dengan kekurangan bahan obat," ujar asisten Direktur Jenderal WHO Mariangela Simao dilansir CGTN, Senin (3/5).
Namun, kekurangan pasokan vaksin dapat segera berakhir karena organisasi kesehatan global akan mengeluarkan penilaiannya atas permintaan daftar penggunaan darurat dari perusahaan farmasi China, Sinopharm dan Sinovac, untuk vaksin Covid-19 pekan ini. Jika disetujui, vaksin dari Negeri Tirai Bambu akan menjadi yang pertama dari negara non-Barat yang mendapatkan persetujuan WHO.
“Ini bisa memiliki dampak signifikan pada peran vaksin China dalam pasokan vaksin global,” jelas Huang Yanzhong, seorang rekan senior untuk kesehatan global di Council on Foreign Relations di New York.
Vaksin dari Sinovac sejauh ini telah mendapat pujian dari negara-negara yang menerimanya. Pada pertengahan April, penelitian di beberapa negara termasuk Chile dan Turki menunjukkan vaksin dari perusahaan ini efektif melawan virus corona jenis baru. Pada awal April, vaksin Sinopharm menerima sertifikat Good Manufacturing Practice (GMP) pertama yang dikeluarkan oleh otoritas di Hungaria.
Dalam beberapa bulan terakhir, negara-negara di Asia, Afrika, Eropa, Oseania, Amerika Latin, dan Karibia telah menerima setidaknya satu pengiriman vaksin China. Bosnia dan Herzegovina (BiH) juga menjadi negara Eropa terbaru yang menerima angkatan pertama vaksin Covid-19 China.
Mesir menyetujui vaksin Sinovac untuk penggunaan darurat pada 26 April. Bangladesh menyetujui vaksin Sinopharm untuk penggunaan darurat pada 29 April.