Selasa 04 May 2021 12:02 WIB

ASEAN+3 Komitmen Persiapan Pemulihan Usai Covid-19

BI telah melakukan berbagai kebijakan yang diperlukan untuk mendorong pemulihan.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Friska Yolandha
Pertemuan ke-24 Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral ASEAN+3 menggarisbawahi pentingnya peningkatan kerja sama keuangan regional untuk memperkuat ketahanan ekonomi dan keuangan di kawasan.
Foto: Antara/Oky Lukmansyah
Pertemuan ke-24 Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral ASEAN+3 menggarisbawahi pentingnya peningkatan kerja sama keuangan regional untuk memperkuat ketahanan ekonomi dan keuangan di kawasan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertemuan ke-24 Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral ASEAN+3 menggarisbawahi pentingnya peningkatan kerja sama keuangan regional untuk memperkuat ketahanan ekonomi dan keuangan di kawasan. Baik dalam menghadapi Covid-19 maupun meningkatkan kesiapan memasuki masa pascapandemi (post-pandemic era).

Kesamaan pandangan tersebut mengemuka pada pertemuan yang berlangsung secara virtual pada Senin (3/5). Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengatakan, Bank Indonesia telah melakukan berbagai kebijakan yang diperlukan untuk mendorong pemulihan ekonomi.

"Antara lain melalui penurunan suku bunga kebijakan menjadi 3,5 persen yang merupakan tingkat suku bunga terendah sepanjang sejarah, melakukan quantitative easing untuk memastikan kecukupan likuiditas di pasar, serta melakukan stabilisasi nilai tukar sesuai dengan fundamental dan mekanisme pasar," katanya.

Untuk mendukung pemulihan ekonomi domestik, Bank Indonesia juga menerapkan kebijakan makroprudensial yang akomodatif dan mendorong percepatan digitalisasi ekonomi dan keuangan. Pertemuan tersebut menyambut baik penguatan kerja sama keuangan yang dituangkan dalam Amandemen Chiang Mai Initiative Multilateralisation (CMIM) yang mulai berlaku sejak 31 Maret 2021.

Penguatan kerja sama CMIM mencakup peningkatan porsi fasilitas CMIM IMF De-Linked Portion (IDLP) dari 30 persen menjadi 40 persen. Serta, pemberian fleksibilitas dalam pemanfaatan kerja sama CMIM dalam mata uang lokal. Penggunaan mata uang lokal ini dilakukan dengan prinsip voluntary and demand driven.

Selain itu, negara-negara anggota juga menyambut baik ditandatanganinya Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) Agreement sebagai milestone pendorong perdagangan dan investasi di kawasan. Negara-negara anggota mengharapkan agar perjanjian tersebut dapat segera berlaku efektif untuk semakin mendukung integrasi ekonomi kawasan.

Pertemuan tersebut juga dihadiri oleh beberapa lembaga internasional, yaitu ASEAN+3 Macroeconomic Research Office (AMRO), Asian Development Bank (ADB), dan International Monetary Fund (IMF), sebagai mitra ASEAN+3. Kehadiran lembaga-lembaga tersebut dimaksudkan untuk memberikan pandangan mengenai kondisi ekonomi dan keuangan terkini, baik regional maupun global, serta memberikan rekomendasi kebijakan yang dapat diambil untuk mengatasi dampak dari pandemi Covid-19.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement