REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Sosiolog dari Universitas Indonesia (UI) Imam B. Prasodjo menyarankan pemerintah daerah (Pemda) memperbanyak jumlah pasar di masa jelang Lebaran. Hal ini guna mencegah bertumpuknya massa yang ingin membeli pakaian baru.
Imam mengkritisi Pemprov DKI Jakarta yang gagal menyiapkan upaya pencegahan kerumunan di Pasar Tanah Abang. Akibatnya para peminat pakaian baru terlanjur tumpah ruah memenuhi pasar terbesar se-Asia Tenggara itu.
Oleh karena itu, Imam mengusulkan supaya Pemda menambah jumlah pasar agar masyarakat tak menumpuk di sebagian pasar saja. Caranya bisa dengan membuat pasar dadakan.
"Titik-titik orang belanja diperbanyak sehingga tak berkerumun. Harus ada manajemen tempat biar enggak terpusat," kata Imam kepada Republika, Senin (3/5).
Imam menganjurkan pasar dadakan yang dibuat Pemda sebaiknya di luar ruang. Tujuannya guna menjaga sirkulasi udara. Pasar dadakan itu tetap harus dijaga aparat guna menegakkan protokol kesehatan disana.
"Pasar baiknya disebar biar nggak numpuk di Tanah Abang, bisa saja di Monas atau halaman Istora Senayan khusus mau Lebaran saja karena disana ruang terbuka," ujar Imam.
Imam mengingatkan pentingnya penguatan penerapan prokes di Pasar Tanah Abang demi mencegah penularan Covid. Ia menganjurkan perbaikan tata letak di dalam pasar."Harus ada penataan ruangan kalau pasar nggak ditutup biar nggak berdesakan," ucap Imam.
Video yang viral pada Sabtu akhir pekan lalu menunjukkan, pengunjung berjubel saat berbelanja di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat. Tidak ada penerapan protokol kesehatan (prokes) karena jumlah pengunjung sangat banyak. Sehari berselang atau pada Ahad, aparat gabungan melakukan penertiban untuk mencegah penularan Covid-19. Meski ribuan aparat gabungan dikerahkan, tapi tak semua area pasar bebas kerumunan.