REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) atau RNI mengakui memiliki sejumlah tantangan untuk membenahi BUMN Klaster pangan dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan nasional.
Direktur Utama PT RNI (Persero), Arief Prasetyo Adi mengatakan sejumlah tantangan untuk dilakukan pembenahan meliputi sejumlah komoditas pangan yang memiliki tingkat produktivitas rendah dan ketergantungan impor yang tinggi, adanya mismatch geografis dari supply dan demand, serta infrastruktur yang belum optimal seperti perikanan, kurangnya kesejahteraan petani, nelayan hingga penegakan aturan dan kebijakan pangan.
“Dari tantangan itu, kami telah menyiapkan skema melalui keterjangkauan pangan untuk mendukung ketahanan pangan nasional," kata Arief dalam keterangan resminya, Selasa (4/5).
Arief, mengatakan, keterjangkauan pangan untuk mendukung ketahanan pangan nasional bisa dimulai dari skala mini rumah tangga keluarga. Oleh karena itu, ia mengatakan, RNI menyiapkan sejumlah skemanya mulai dari keterjangkauan fisik dengan memberikan kemudahan sarana dan prasarana mobilitas maupun pasar yang memadai untuk konsumsi skala rumah tangga atau keluarga.
Skema kedua, lanjut Arief, yaitu Keterjangkauan ekonomi untuk merangsang rumah tangga atau keluarga memiliki minat dan daya beli yang cukup untuk mendapatkan bahan pangan sesuai kebutuhan.
Skema lainnya adalah melalui keterjangkauan sosial yaitu masyarakat skala keluarga dapat dengan mudah terlayani kebutuhan pangan keluarga melalui sistem aplikasi online.
Arief menyampaikan, RNI bersama BUMN Klaster Pangan juga menyiapkan skema integrasi rantai nilai pangan dari hulu ke hilir mulai dari peningkatan pendampingan dan kapasitas offtake melalui model kerjasama dan beriringan dengan petani, peternak, nelayan.
Pengembangan produk kebutuhan pangan keluarga seperti minyak goreng, telur, teh, tepung terigu, kecap termasuk pangan protein Ayam, daging, ikan. Mempersiapkan efisiensi logistiknya untuk kemudahan distribusi pangan dan di hilirnya telah bekerjasama dengan UMKM, Mitra retail, Warung pangan baik secara offline maupun online melalui beberapa platform e-commerce.
Wakil Presiden RI, KH Ma’ruf Amin dalam kesempatan berbeda mengatakan, pada kesempatan seminar ketahanan pangan nasional bersama Komisi Perempuan, Remaja dan Keluarga Majelis Ulama Indonesia (PRK-MUI) dan Kementerian Pertanian menyampaikan bahwa dampak pandemi Covid-19 menjadi perhatian bersama, antisipasi adanya kelangkaan dan krisis pangan dunia.
“Indonesia perlu menjadi penghasil pangan besar di dunia untuk menjaga cadangan pangan dalam negeri serta untuk memastikan terjaminnya stok pangan nasional," jelasnya.
Sementara itu, Ketua Umum MUI, KH Miftachul Akhyar menyampaikan, ketahanan pangan memang merupakan permasalahan yang sangat vital dihadapi oleh bangsa ini. Faktor yang menyebabkan lemahnya ketahanan pangan dan kemudian menimbulkan kemiskinan, menurutnya adalah karena tidak adanya pemerataan.
“Masalahnya sekarang yang terjadi banyak orang kekenyangan, satu sisi banyak orang yang kelaparan. Kembali lagi kepada pemerataan yang sampai sekarang masih menjadi permasalahan,” jelasnya.