Selasa 04 May 2021 16:22 WIB

Arab Saudi Kemungkinan akan Normalisasi Hubungan dengan Iran

MBS mengaku ingin rakyat Iran sejahtera.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Putra Mahkota Saudi, Mohammad bin Salman di forum Investasi Arab Saudi
Foto: Saudi Press Agency via AP
Putra Mahkota Saudi, Mohammad bin Salman di forum Investasi Arab Saudi

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Normalisasi hubungan antara Arab Saudi dan Iran kemungkinan akan terjadi dalam jangka pendek. Pekan lalu, Putra Mahkota Saudi Muhammad bin Salman (MBS) mengatakan, Saudi berkeinginan untuk memiliki hubungan yang baik dan terhormat dengan Iran.

"Kami ingin Iran yang sejahtera dan memiliki kepentingan bersama satu sama lain, namun kami memiliki masalah negatif dengan Iran seperti program nuklirnya atau dukungan untuk milisi yang dilarang di beberapa negara di kawasan dan program rudal balistik," ujar MBS, dilansir Anadolu Agency, Selasa (4/5).

Baca Juga

"Kami sedang bekerja dengan mitra kami untuk mengatasi masalah ini, dan kami berharap dapat mengatasinya dan memiliki hubungan yang baik dan positif dengan semua orang," tambah MBS.

MBS tidak merinci pembicaraannya dengan Iran. Tetapi Financial Times baru-baru ini mengatakan bahwa, delegasi Saudi bertemu dengan delegasi Iran pada 9 April di ibukota Irak, Baghdad.

Menurut sumber, pembicaraan rahasia Saudi-Iran berfokus pada meredakan ketegangan antara kedua negara, serangan Houthi ke kerajaan dan menyetujui untuk mengadakan putaran pembicaraan baru. Wakil Kepala Universitas Turki-Kazakh Internasional Ahmet Yesevi, Cengiz Tomar mengatakan, putra mahkota Saudi mengungkapkan perubahan kebijakan yang signifikan.

Menurut Tomar, kebijakan Presiden AS Joe Biden telah memengaruhi Timur Tengah secara signifikan. Tomar menekankan bahwa konvergensi Mesir dan Turki adalah contoh terbaiknya.

Tomar mengatakan putra mahkota Saudi tidak hanya berbicara tentang meningkatkan hubungan dengan Iran, tetapi juga fokus untuk menghilangkan ekstremisme di kerajaan. Berdasarkan pernyataan putra mahkota, ada 90 persen konsensus antara AS dan Saudi. Dengam demikian, perang melawan Iran akan dilanjutkan melalui metode berbeda di bawah kepemimpinan Washington.

"Pernyataan ini berarti bahwa Arab Saudi tidak akan lagi memerangi Iran dengan mendukung gerakan ekstrem Sunni. Ini adalah perkembangan yang sangat penting bagi seluruh dunia dan Timur Tengah, dan jika itu terjadi, itu akan membantu memadamkan api yang ada di kawasan itu," ujar Tomar.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement